Senin, 29 November 2010

Jangan terlalu lama ngambek

Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah
tangga.Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapi
segalanya sudah terlambat.
Membawa nenek utk tinggal bersama
menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah menghianati ikrar
cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya dan
suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama .

Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya
harapan nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga
tamat kuliah.
Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar
yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga
dan sebagainya. Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar
matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat
saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata
:"Mari,kita jemput nenek di kampung".

Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke
dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana. Aku
seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan
kedalam kantongnya.. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka
tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar
sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan..Aku sungguh menikmati
saat-saat seperti itu.

Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias rumah
dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata
kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga
tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu, rumah dengan
bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih
gembira."Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa:
"Ibu, ini kebiasaan orang kota , lambat laun ibu akan terbiasa juga."

Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil
membawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga
bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil
menggeleng-gelengkan kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia
selalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab, dia
selalu berdecak dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku sambil
berkata:"Putriku, kan kamu bisa berbohong.Jangan katakan harga yang
sebenarnya." Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.

Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan
sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-laki
masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajah
nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek
selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan
sendok, itulah cara dia protes.

Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku
sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun
pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka membantuku di
dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya; dia
suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa
untuk dijual katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong
plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua
kumpulan kantong plastik.

Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan
pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya sekali
lagi pada saat dia sudah tidur..Suatu hari, nenek mendapati aku sedang
mencuci piring malam harinya, dia segera masuk ke kamar sambil membanting
pintu dan menangis.Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur
seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidak
perduli. Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia melotot sambil
berkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan pring itu
bisa membuatmu mati?"

Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg cukup lama, suasana
menjadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus berpihak
pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap
pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu
kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan
lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemoohku sewaktu melihat padaku,
seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri?
Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli
makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami berkata:"Lu
di, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga
kamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia berkata
tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan dia
akhirnya berkata:"Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama
kami setiap pagi."Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba
canggung itu.

Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu
perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau keluar
semua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana aku
segera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku melihat
suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar
mata yg tajam, diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan
berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpa
bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!.
Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku,
nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh……suamiku
segera mengejarnya keluar rumah.

Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.
Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku.
Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah
banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual
dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang
kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata:"Lu
Di, sebaiknya kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan aku
sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah
berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek
sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?

Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia
berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu
tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat ke
arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya
penuh dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku
sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal aku
ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. Dan
berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku
minta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam taksi
air mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman ini berakibat
sangat buruk?

Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi,
memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis dengan
sedihnya. Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci, aku
menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang
mengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin tanpa
berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu.
Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh lelaki yg
sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta
dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikkan air mata.

Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan
masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi
mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg
melihatku dengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja mengalami
kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit. Mulutku terbuka
lebar.Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah
meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang
jasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam
hati:"Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?"
Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa
denganku,
jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian.

Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek
berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. Suamiku
mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak
melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru
mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika aku
tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar,
jika............dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.

Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan
penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah tetapi juga
merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semua
ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera
mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah
menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya
walaupun ini bukan salahku. Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kami
hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang
makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah.

Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café, melalui keremangan lampu
dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita
didalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku
tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk kedalam dan
berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak
menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus
berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak
berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku
dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak jangtungku
terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian.

Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak..
mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka.
Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa yang
telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga
sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang
sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar.
Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidak
ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk
menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi........., semua berlalu
begitu saja.

Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap
kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hati
ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi
ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan
miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak
bersalah.

"Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu.
Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja,
tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu.2 bulan hidup sendiri, aku
sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata
kepadanya:""Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya"".Dia
melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku berkata
pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasa
sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.

Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia
memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, aku
menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya.""Lu Di, kamu
hamil?"" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara
kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir keluar
dengan derasnya.. Aku menjawab:""Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu sudah
boleh pergi"".Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling
berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke tanganku, air
matanya terasa menembus lengan bajuku.Tetapi di lubuk hatiku, semua
sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali.
"Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:"Maafkan
aku, maafkan aku". Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak
bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan. Cinta
diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah sebuah
akibat kesengajaan darinya.

Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak
akan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan
untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah
menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah
pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda tangani
surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap
tidak berbekas.

Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera
berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam hari,
terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak
perduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli
padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan
bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa
terbahak-bahak. Dia lupa........, itu adalah dulu, saat cintaku masih
membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?

Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang
sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang
perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk
anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan
barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak
bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari dari
kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia
lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku
itu bukan lagi suatu masalah.

Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku
berteriak dengan suara yg keras. Dia segera berlari masuk ke kamar,
sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tunggu
olehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit.
Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat
dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera
digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, aku
terbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagi
yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?

Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh
kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit
aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia
memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil
tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangku
dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. Aku
berteriak histeris memanggil namanya.

Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya………aku
pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya,
tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit
saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium
mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah
mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata
dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi
perduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar
nenek lalu menyalakan komputer.

Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku
masih berpikir dia sedang bersandiwara…………Sebuah surat yg sangat panjang
ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami."Anakku, demi dirimu
aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku
tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan
kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi
ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayah
mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup
yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah.
"""Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup
selama bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia
sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah
orang yg paling ayah cintai"".

Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK , SD , SMP, SMA
sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga
menulis sebuah surat untukku.""Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg
paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku
tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan
bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis
sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih
atas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya
kesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan hadiah
tertulis semua tahun pemberian padanya""."

Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong
anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata: "Sayang,
bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan
kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".Dengan susah payah dia
membuka matanya, tersenyum..............anak itu tetap dalam dekapannya,
dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah.
Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di
tangan sambil berurai air mata....................

Teman2 terkasih, aku sharing cerita ini kepada kalian, agar kita semua
bisa menyimak pesan dari cerita ini.Mungkin saat ini air mata kalian
sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, ingatlah
pesan dari cerita ini :"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara
kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalam
hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan: Jika
kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal
yg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanya
menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan sebelum
kita menyesalinya seumur hidup.


Sumber : Chicken soup for the soul

Minggu, 28 November 2010

A Story from Plato

Pada masa itu Plato bertanya pada Sang Guru "bagaimanakah cinta sejati dan jodoh itu? lalu Sang Guru menyuruh Plato mencari sebuah ranting yang terbaik dari pohon gandum dan serta merta Plato pergi ke ladang gandum yang tidak jauh dari tempat mereka bercengkrama.

Plato berjalan menyusuri ladang gandum dan menemukan banyak ranting gandum yang berserakan diatas tanah. Setelah beberapa langkah dia berjalan sebuah ranting yang menurutnya masih bersih, berwarna kuning keemasan, dan sepertinya masih belum lama terjatuh dari pohonnya menarik hatinya. Dia berniat mengambilnya untuk segera diserahkan pada Gurunya seketika itu....namun dia segera mengurungkan niatnya. Dalam benaknya dia berpikir, "Ah, pasti masih ada ranting gandum lain yg lebih bagus dari yang ini, aku akan terus berjalan lagi untuk menemukan yang lebih baik." Akhirnya Plato berjalan lagi dan memang masih banyak ranting gandum yang terjatuh, namun dia tidak setertarik pada ranting gandum yg dia temukan awal kali.... Dan pulang kepada Gurunya tanpa membawa apa2...

sang Guru bertanya? Mana ranting gandum yg kausukai?....Plato menjawab " Saya sebetulnya sudah menemukan satu yang menurut saya baik, tapi saya masih berharap untuk menemukan yang lebih baik..tetapi akhirnya saya tidak menemukan lagi....

Sang Guru tersenyum dan berkata "Itulah cinta sejati. Cinta sejati tidak akan kau dapat dengan mencari, tetapi cinta sejati akan kaudapatkan dengan menjalani sebuah proses. "

Plato kembali bertanya, "Bagaimanakan jodoh itu?" Sang Guru kembali menyuruh Plato untuk mencari sebuah pohon yang bagus untuk ditebang. Dan Plato pergi ke sebuah hutan yang terdekat. Dia berjalan menelusuri hutan tersebut. Pada suatu saat dia menemukan sebuah pohon yang sangat bagus menurutnya untuk ditebang. Namun dia tiba2 kembali mengurungkan niatnya.

Plato kembali menyusuri jalan setapak ditengah hutan berharap menemukan kembali pohon yang lebih baik. Namun setelah lama dia berjalan dan hampir keluar dari hutan dia belum menemukan lagi pohon yang menurutnya lebih baik dari yang pertama. Namun ada sebuah pohon yang tidak jauh dari tempatnya berdiri saat itu yang tidak lebih baik dari yang pertama, tetapi menurutnya masih lebih baik untuk menebangnya saja daripada dia pulang tetapi tidak dengan membawa apa2. Dia berpikir bahwa dia tetap membutuhkan sebuah pohon yang harus ditebang untuk dibawanya pulang.

Dan akhirnya Plato pulang menemui sang Guru dengan membawa pulang sebuah pohon yang telah ditebangnya. Sang Guru bertanya keheranan, "Apakah ini menurutmu pohon yang baik?" Plato menjawab, "Sebetulnya pada awalnya ada yg lebih baik tetapi saya lewatkan seperti saat saya mencari ranting gandum. Setelah saya jauh berjalan saya menemukan pohon ini yang tidak lebih baik dari yang pertama tatapi menurut saya pohon in tetap bermanfaat."

Sang Guru tersenyum dan berkata "Itulah jodoh. Bahwa jodoh akan kaudapatkan berdasarkan keputusanmu."

Kita akhirnya dapat merenung bahwa memang benar bahwa cinta sejati merupakan sebuah proses untuk memberikan cinta kita, berusaha menerima apa adanya apa yang telah kita miliki, kita berusaha berkorban untuknya dengan hati yang ikhlas dan penuh kesabaran. Disitulah kita akan menemukan sebuah perasaan bahagia...itulah cinta sejati.

Cinta sejati adalah cinta tanpa mengharapkan balasan apapun. Balasan cinta sejati hanyalah kepuasan dan kebahagiaan kita dengan memberikan rasa cinta yang tulus terhadapnya.
Sedangkan jodoh adalah pasangan kita yang telah kita putuskan harus bersama kita pada saat itu berdasarkan sebuah kebutuhan transendental jiwa dan luar transendental ( jasmaniah ) kita yang sangat dibutuhkan atas beberapa pilihan resiko.

Pada hakekatnya jodoh adalah sebuah keputusan atas berbagai pilihan...seperti hidup kita sendiri inipun juga kita jalani atas berbagai pilihan.

Sumber : sarikata.com

Konferensi para Jin

"Kita tidak dapat melarang kaum muslim ke Mesjid",

"Kita tidak dapat melarang mereka membaca Al Quran dan mencari kebenaran",

"Bahkan kita tidak dapat melarang mereka mendekatkan diri dengan tuhan mereka Allah dan pembawa risalahNya Muhammad","Pada saat mereka melakukan hubungan dengan Allah, maka kekuatan kita akan lumpuh."

"Oleh sebab itu, biarkanlah mereka pergi ke Masjid; biarkan mereka tetap melakukan kesukaan mereka,TETAPI CURI WAKTU MEREKA, sehingga mereka tidak lagi punya waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah".

"Inilah yang akan kita lakukan," kata iblis. "Alihkan perhatian mereka dari usaha meningkatkan kedekatannya kepada Allah dan awasi terus kegiatannya sepanjang hari "

"Bagaimana kami melakukannya?" tanya para hadirin yaitu Jin jin syaitan. "Sibukkan mereka dengan hal hal yang tidak penting dalam kehidupan mereka,dan ciptakan tipudaya untuk menyibukkan fikiran mereka," jawab sang iblis "Rayu mereka agar suka BELANJA, BELANJA DAN BELANJA SERTA BERHUTANG,BERHUTANG DAN BERHUTANG".

"Bujuk para istri untuk bekerja diluar rumah sepanjang hari dan para suami bekerja 6 sampai 7 hari dalam seminggu, 10 12 jam seminggu, sehingga mereka merasa bahwa hidup ini sangat kosong."

"Jangan biarkan mereka menghabiskan waktu bersama anak anak mereka." "Jika keluarga mereka mulai tidak harmonis, maka mereka akan merasa bahwa rumah bukanlah tempat mereka melepaskan lelah sepulang dari bekerja".

"Dorong terus cara berfikir seperti itu sehingga mereka tidak merasa ada ketenangan dirumah." "Pikat mereka untuk membunyikan radio atau kaset selama mereka berkendaraan".

"Dorong mereka untuk menyetel TV, VCD, CD dan PC dirumah sepanjang hari.Bunyikan musik terus menerus disemua restoran maupun toko2 didunia ini.Hal ini akan mempengaruhi fikiran mereka dan merusak hubungan mereka dengan Allah dan RasulNya" "Penuhi meja meja rumah merka dengan majalah majalah dan tabloid". "Cekoki mereka dengan berbagai berita dan gosip selama 24 jam sehari". "Serang mereka dengan berbagai iklan iklan dijalanan".

"Banjiri kotak surat mereka dengan informasi tak berguna, katalog katalog,undian undian, tawaran tawaran dari berbagai macam iklan. "Muat gambaran wanita yang cantik itu adalah yang langsing dan berkulit mulus dimajalah dan TV, untuk menggiring para suami berfikir bahwa PENAMPILAN itu menjadi unsur terpenting, sehingga membuat para suami tidak tertarik lagi pada istri istri mereka"

"Buatlah para istri menjadi sangat letih pada malam hari, buatlah mereka sering sakit kepala". "Jika para istri tidak memberikan cinta yang diinginkan sang suami, maka akan mulai mencari diluaran"

"Hal inilah yang akan mempercepat retaknya sebuah keluarga" "Terbitkan buku buku cerita untuk mengalihkan kesempatan mereka untuk mengajarkan anak anak mereka akan makna shalat." "Sibukkan mereka sehingga tidak lagi punya waktu untuk mengkaji bagaimana Allah menciptakan alam semesta. Arahkan mereka ketempat tempat hiburan,fitness, pertandingan pertandingan, konser musik dan bioskop."

"Buatlah mereka menjadi SIBUK, SIBUK DAN SIBUK." "Perhatikan, jika mereka jumpa dengan orang shaleh, bisikkan gosip gosip dan percakapan tidak berarti, sehingga percakapan mereka tidak berdampak apa apa."

"Isi kehidupan mereka dengan keindahan keindahan semu yang akan membuat mereka tidak punya waktu untuk mengkaji kebesaran Allah." "Dan dengan segera mereka akan merasa bahwa keberhasilan, kebaikan/kesehatan keluarga adalah merupakan hasil usahanya yang kuat (bukan atas izin Allah)."

"PASTI BERHASIL, PASTI BERHASIL." "RENCANA YANG BAGUS." Iblis, syaitan dan jin kemudian pergi dengan penuh semangat melakukan tugas "MEMBUAT MUSLIM MENJADI LEBIH SIBUK, LEBIH KALANG KABUT, DAN SENANG HURA HURA".

"Dan hanya menyisakan sedikit saja waktu buat Allah sang Pencipta." "Tidak lagi punya waktu untuk bersilaturahmi dan saling mengingatkan akan Allah dan RasulNya".

Sekarang pertanyaan saya adalah, " APAKAH RENCANA IBLIS INI AKAN BERHASIL???"

"KITALAH YANG MENENTUKAN "(sekedar mengajak introspeksi diri).

====================================

Sumber : sarikata.com

Kelapa dan Terung

Disuatu kebun, berdirilah beribu ribu pohon yang sangat besar besar dan tegak tegak. pohon pohon itu adalah pohon kepunyaan seorang saudagar yang terkaya di kampung itu.
Tetapi, diantara pepohonan yang besar besar itu, berdirilah sebuah pohon kecil yang bernama pohon terung.
Nasib pohon terung itu sangat malang karena ia selalu dimaki maki oleh pohon pohon lain yang jauh lebih besar daripadanya terutama pohon kelapa yang paling besar diantara pohon pohon lain yang tumbuh di kebun itu.
Pohon kelapa itu selalu merendahkan dan menghina si terung yang dianggapnya tidak berguna itu.
"Hai terung, tahukah kamu bahwa dirimu hanyalah sebuah pohon yang sangatlah tidak berguna?" kata pohon kelapa kepada pohon terung.
Mendengar ejekan si pohon kelapa, si terung hanyalah menghela napas sambil berkata.
"Kau salah kelapa, tidak semata mata tuanku menanamku kalau saja aku tidak berguna."
Kata si terung.
"Ah mungkin saja tuan kita menanam kau karena ia kasihan melihat kau yang teronggok tak berguna,"
kata si kelapa sambil tertawa gelak.
"hmm, kau sombong kelapa Kau tidak tahu bagaimana sakitnya hatiku yang sejak dulu sudah kau hina" kata si terung.
AkhirnyaPada suatu hari, datanglah hujan yang disertai petir yang sangat besar sehingga pohon pohon itu menjadi sangat panic.
Kecuali si terung yang tetap tenang karena ia sudah terlindungi dari serangan petir yang hebat itu karena ia adalah pohon yang paling pendek dan kecil sehingga ia terhalang oleh pohon pohon yang lebih besar daripadanya.
Tiba tiba kepanikan itu semakin menjadi karena mereka mendengar suara petir yang menggelegar disertai jeritan si kelapa yang tersambar petir.
Akhirnya tamatlah riwayat pohon yang sombong itu.

Sumber : sarikata.com

Pohon tua

Suatu ketika, di sebuah padang, tersebutlah sebatang pohon rindang. Dahannya rimbun dengan dedaunan. Batangnya tinggi menjulang.
Akarnya, tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga dalam. Pohon itu, tampak gagah di banding dengan pohon pohon lain di sekitarnya.

Pohon itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang batangnya. Burung burung itu membuat lubang, dan mengerami telur telur mereka dalam
kebesaran pohon itu. Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat mengisi hari harinya yang panjang.

Orang orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap
singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang orang itu sering
duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan dahan. "Pohon yang sangat berguna," begitu ujar mereka setiap selesai berteduh. Lagi lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi.

Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit sakitan.
Daun daunnya rontok, ranting rantingnya pun mulai berjatuhan. Tubuhnya, kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu di milikinya.
Burung burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang yang lewat, tak lagi
mau mampir dan singgah untuk berteduh.

Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau
berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?" begitu ratap sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan. "Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini?" Sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.

Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam malam hening yang panjang. Hingga pada saat pagi menjelang.

"Cittt...cericirit...cittt" Ah suara apa itu?
Ternyata, ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya.
"Cittt...cericirit...cittt," suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak
burung yang baru lahir. Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran
burung burung baru. Satu... dua... tiga... dan empat anak burung lahir ke
dunia. "Ah, doaku di jawab Nya," begitu seru sang pohon.

Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka,
akan membuat sarang sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk mau bersarang disana. Burung burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering, ketimbang sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. "Ah, kini hariku makin cerah bersama burung burung ini", gumam sang pohon dengan berbinar.

Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya
kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya.
Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya, airmata sang pohon tua itu,
membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.

Sumber : sarikata.com

Mengasah Kapak

Disuatu waktu, adalah seorang pemotong kayu yang sangat kuat. Dia
melamar sebuah pekerjaan ke seorang pedagang kayu, dan dia
mendapatkannya. Gaji
dan kondisi kerja yang diterimanya sangat bagus. Karenanya sang
pemotong
kayu memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin. Sang majikan memberinya
sebuah
kapak dan menunjukkan area kerjanya. Hari pertama sang pemotong kayu
berhasil merobohkan 18 batang pohon. Sang majikan sangat terkesan dan
berkata, "Selamat, kerjakanlah seperti itu "

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan harinya sang
pemotong kayu bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil
merobohkan 15 batang pohon. Hari ketiga dia bekerja lebih keras lagi,
tetapi hanya berhasil merobohkan 10 batang
pohon.

Hari2 berikutnya pohon yang berhasil dirobohkannya makin sedikit. "Aku
mungkin telah kehilangan kekuatanku", pikir pemotong kayu itu. Dia
menemui majikannya dan meminta maaf, sambil mengatakan tidak mengerti
apa yang
terjadi. "Kapan saat terakhir anda mengasah kapak?" sang majikan
bertanya."Mengasah? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak. Saya
sangat
sibuk mengapak pohon."

Catatan:
Kehidupan kita sama seperti itu. Seringkali kita sangat sibuk sehingga
tidak lagi mempunyai waktu untuk mengasah kapak. "Pada istilah
sekarang, setiap orang lebih sibuk dari sebelumnya, tetapi lebih
tidak berbahagia
dari sebelumnya. Mengapa? Mungkinkah kita telah lupa bagaimana caranya
untuk tetap tajam? Tidaklah salah dengan aktivitas dan kerja keras.
Tetapi tidaklah seharusnya kita sedemikian sibuknya sehingga
mengabaikan hal2
yang sebenarnya sangat penting dalam hidup, seperti kehidupan pribadi,
menyediakan waktu untuk membaca, dlsb. Kita semua membutuhkan waktu
untuk relaks, untuk berpikir dan merenung, untuk belajar dan
bertumbuh. Bila
kita tidak mempunyai waktu untuk mengasah kapak, kita akan tumpul dan
kehilangan efektifitas. Jadi mulailah dari sekarang, memikirkan cara
bekerja lebih
efektif dan menambahkan banyak nilai kedalamnya
"Mereka yang berhasil adalah yang mampu membuat pondasi yang kokoh dari batu
bata yang dilemparkan orang lain kepadanya"

Sumber : sarikata.com

Kebijaksanaan tukang roda

Sementara tukang roda sedang membuat roda di salah satu
ujung ruangan, Pangeran Huan dari Chi rnembaca buku di ujung
yang lain.

Setelah meletakkan alat alat kerjanya, tukang roda itu
mendatangi Pangeran itu dan bertanya buku apa yang sedang ia
baca.

"Buku yang menyimpan kata kata orang bijak," kata Pangeran.

"Apakah orang orang bijak itu masih hidup?" tanya tukang
roda.

"Tidak," kata Pangeran, "mereka semua sudah mati."

"Kalau begitu yang Pangeran baca tidak lebih dari sampah dan
sisa orang orang yang sudah mati," kata tukang roda itu.

"Berani benar kau tukang roda sampai berani menjelekkan buku
yang sedang saya baca Pertanggungjawabkanlah perkataanmu,
kalau tidak kamu harus mati."

"Baiklah," kata tukang roda itu, "Saya akan berbicara
sebagai tukang roda. Beginilah saya melihat persoalannya:
kalau saya sedang membentuk suatu roda, seandainya gerakan
saya terlalu lambat, gerakan itu akan mengores dalam tetapi
tidak tetap. Kalau gerakan saya terlalu cepat, gerakan itu
tetap tetapi tidak menggores dalam. Irama yang tepat,
artinya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, tidak
akan tercapai kalau tidak keluar dari dalam hati. Ini adalah
sesuatu yang tidak dapat diungkapkan dengan kata kata. Ada
suatu seni di dalamnya, yang tidak dapat saya wariskan
kepada anak saya. Itulah sebabnya saya tidak dapat
membiarkannya mengambil alih rekerjaan saya. Maka saya yang
sekarang sudah berumur tujuh puluh lima tahun masih terus
membuat roda. Menurut pendapat saya halnya sama dengan
orang orang yang sudah mendahului kita. Semua yang pantas
diwariskan mati bersama dengan kematiannya; sisanya mereka
tuliskan dalam buku buku mereka. Itulah sebabnya saya
berkata bahwa yang sedang Pangeran baca adalah sampah dan
sisa orang orang yang sudah mati."

Sumber : sarikata.com

Rahasia kecil kebahagiaan

Rahasia kebahagiaan adalah memusatkan perhatian pada kebaikan dalam diri orang lain.
Sebab, hidup bagaikan lukisan: Untuk melihat keindahan lukisan yang terbaik sekalipun, lihatlah di bawah sinar yang terang, bukan di tempat yang tertutup dan gelap sama halnya sebuah gudang. Rahasia kebahagiaan adalah tidak menghindari kesulitan. Dengan memanjat bukit, bukan meluncurinya, kaki seseorang tumbuh menjadi kuat.

Rahasia kebahagiaan adalah melakukan segala sesuatu bagi orang lain. Air yang tak mengalir tidak berkembang. Namun, air yang mengalir dengan bebas selalu segar dan jernih.
Rahasia kebahagiaan adalah belajar dari orang lain, dan bukan mencoba mengajari mereka.
Semakin Anda menunjukkan seberapa banyak Anda tahu, semakin orang lain akan mencoba menemukan kekurangan dalam pengetahuan Anda. Mengapa bebek disebut "bodoh"? Karena terlalu banyak bercuap-cuap.

Rahasia kebahagiaan adalah kebaikan hati: memandang orang lain sebagai anggota keluarga besar Anda. Sebab, setiap ciptaan adalah milik Anda. Kita semua adalah ciptaan Tuhan yang satu.

Rahasia kebahagiaan adalah tertawa bersama orang lain, sebagai sahabat, dan bukan menertawakan mereka, sebagai hakim.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak sombong. Bila Anda menganggap mereka penting, Anda akan memiliki sahabat ke manapun Anda pergi. Ingatlah bahwa musang yang paling besar akan mengeluarkan bau yang paling menyengat.

Kebahagiaan datang kepada mereka yang memberikan cintanya secara bebas, yang tidak meminta orang lain mencintai mereka terlebih dahulu. Bermurah hatilah seperti mentari yang memancarkan sinarnya tanpa terlebih dahulu bertanya apakah orang-orang patut menerima kehangatannya.

Kebahagiaan berarti menerima apapun yang datang, dan selalu mengatakan kepada diri sendiri "Aku bebas dalam diriku".

Kebahagiaan berarti membuat orang lain bahagia. Padang rumput yang penuh bunga membutuhkan pohon-pohon di sekelilingnya, bukan bangunan-bangunan beton yang kaku.
Kelilingilah padang hidup Anda dengan kebahagiaan.

Kebahagiaan berasal dari menerima orang lain sebagaimana adanya; nyatanya menginginkan mereka bukan sebagaimana adanya. Betapa akan membosankan hidup ini jika setiap orang sama. Bukankah taman pun akan tampak janggal bila semua bunganya berwarna ungu?

Rahasia kebahagiaan adalah menjaga agar hati Anda terbuka bagi orang lain, dan bagi pengalaman-pengalaman hidup. Hati laksana pintu sebuah rumah. Cahaya matahari hanya dapat masuk bilamana pintu rumah itu terbuka lebar.

Rahasia kebahagiaan adalah memahami bahwa persahabatan jauh lebih berharga daripada barang; lebih berharga daripada mengurusi urusan sendiri; lebih berharga daripada bersikukuh pada kebenaran dalam perkara-perkara yang tidak prinsipiil.

Renungkan setiap rahasia yang ada di dalamnya. Rasakan apa yang dikatakannya.

Sumber : Chicken soup for the soul

Bocah pembeli Es cream

Minggu siang di sebuah mal. Seorang bocah lelaki umur delapan tahun berjalan menuju ke sebuah gerai tempat penjual eskrim. Karena pendek, ia terpaksa memanjat untuk bisa melihat si pramusaji. Penampilannya yang lusuh sangat kontras dengan suasana hingar bingar mal yang serba wangi dan indah.
“Mbak sundae cream harganya berapa?” si bocah bertanya.
“Lima ribu rupiah,” yang ditanya menjawab.
Bocah itu kemudian merogoh recehan duit dari kantongnya. Ia menghitung recehan di tangannya dengan teliti. Sementara si pramusaji menunggu dengan raut muka tidak sabar. Maklum, banyak pembeli yang lebih “berduit” ngantre di belakang pembeli ingusan itu.
“Kalau plain cream berapa?”
Dengan suara ketus setengah melecehkan, si pramusaji menjawab, “Tiga ribu lima ratus”.
Lagi-lagi si bocah menghitung recehannya, ” Kalau begitu saya mau sepiring plain cream saja, Mbak,” kata si bocah sambil memberikan uang sejumlah harga es yang diminta. Si pramusaji pun segera mengangsurkan sepiring plain cream.
Beberapa waktu kemudian, si pramusaji membersihkan meja dan piring kotor yang sudah ditinggalkan pembeli. Ketika mengangkat piring es krim bekas dipakai bocah tadi, ia terperanjat. Di meja itu terlihat dua keping uang logam limaratusan serta lima keping recehan seratusan yang tersusun rapi.
Ada rasa penyesalan tersumbat dikerongkongan. Sang pramusaji tersadar, sebenarnya bocah tadi bisa membeli sundae cream. Namun, ia mengorbankan keinginan pribadi dengan maksud agar bisa memberikan tip bagi si pramusaji.

Sumber : Chicken soup for the soul

Minggu, 21 November 2010

Jembatan maaf

Alkisah ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah desa. Entah karena apa mereka jatuh ke dalam  suatu pertengkaran serius. Dan ini adalah pertama kalinya mereka   bertengkar sedemikian hebat. Padahal  selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan, saling meminjamkan peralatan pertanian, dan bahu  membahu dalam usaha perdagangan tanpa mengalami hambatan. Namun kerja sama  yang akrab itu kini retak.
Dimulai dari kesalah pahaman yang sepele saja. Kemudian berubah menjadi perbedaan pendapat yang besar. Dan akhirnya meledak dalam bentuk caci-maki. Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri  tak bertegur-sapa.
Suatu pagi, seseorang mengetuk rumah sang kakak. Di depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang kayu. “Maaf tuan,sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan,” kata pria itu dengan ramah. “Barangkali tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan untuk saya selesaikan.”  “Oh ya!” jawab sang kakak. “Saya punya sebuah pekerjaan untukmu. Kau lihat ladang pertanian di seberang sungai sana. Itu adalah rumah  tetanggaku, ah sebetulnya ia adalah adikku. Minggu lalu ia mengeruk  bendungan dengan buldozer lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami. Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, tapi aku akan membalasnya lebih setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin  kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin melupakannya.” Kata tukang kayu, “Saya mengerti. Belikan saya paku dan peralatan. Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa senang.”
Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai kebutuhan dan menyiapkannya untuk si tukang kayu. Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian. Sepanjang hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku. Di sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
Betapa terbelalaknya ia begitu melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya. Namun, yang ada adalah jembatan melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang pertanian adiknya. Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan yang tertata  rapi. Dari seberang sana, terlihat sang Adik bergegas berjalan menaiki jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar.
“Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku.” kata sang adik pada kakaknya. Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan saling berjabat tangan dan berpelukan. Melihat itu, tukang kayu pun membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi. “Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami mempunyai banyak pekerjaan untukmu,” pinta sang kakak. “Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini,” kata tukang kayu, “tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan.”

Sumber : Chicken soup for the soul

Hati yang indah

Rumah kami langsung berseberangan dengan pintu masuk RS John Hopkins di Baltimore. Kami tinggal dilantai dasar dan menyewakan kamar-kamar lantai atas pada para pasien yang ke klinik itu.
Suatu petang dimusim panas, ketika aku sedang menyiapkan makan malam, ada orang mengetuk pintu. Saat kubuka, yang kutatap ialah seorang pria dengan wajah yang benar buruk sekali rupanya.
“Lho, dia ini juga hampir cuma setinggi anakku yang berusia delapan tahun,” pikirku ketika aku mengamati tubuh yang bungkuk dan sudah serba keriput ini. Tapi yang mengerikan ialah wajahnya, begitu miring besar sebelah akibat bengkak, merah dan seperti daging mentah., hiiiihh…!
Tapi suaranya begitu lembut menyenangkan ketika ia berkata, “Selamat malam. Saya ini kemari untuk melihat apakah anda punya kamar hanya buat semalam saja. Saya datang berobat dan tiba dari pantai Timur, dan ternyata tidak ada bis lagi sampai esok pagi.”
Ia bilang sudah mencoba mencari kamar sejak tadi siang tanpa hasil, tidak ada seorangpun tampaknya yang punya kamar.
“Aku rasa mungkin karena wajahku… Saya tahu kelihatannya memang mengerikan, tapi dokterku bilang dengan beberapa kali pengobatan lagi…”
Untuk sesaat aku mulai ragu-ragu, tapi kemudian kata-kata selanjutnya menenteramkan dan meyakinkanku: “Oh aku bisa kok tidur dikursi goyang diluar sini, di veranda samping ini. Toh bisku esok pagi-pagi juga sudah berangkat.”
Aku katakan kepadanya bahwa kami akan mencarikan ranjang buat dia, untuk beristirahat diveranda. Aku masuk kedalam menyelesaikan makan malam. Setelah rampung, aku mengundang pria tua itu, kalau-kalau ia mau ikut makan.
“Wah, terima kasih, tapi saya sudah bawa cukup banyak makanan.” Dan ia menunjukkan sebuah kantung kertas coklat.
Selesai dengan mencuci piring-piring, aku keluar mengobrol dengannya beberapa menit. Tak butuh waktu lama untuk melihat bahwa orang tua ini memiliki sebuah hati yang ter-lampau besar untuk dijejalkan ketubuhnya yang kecil ini.
Dia bercerita ia menangkap ikan untuk menunjang putrinya, kelima anak-anaknya, dan istrinya, yang tanpa daya telah lumpuh selamanya akibat luka ditulang punggung. Ia bercerita itu bukan dengan berkeluh kesah dan mengadu; malah sesungguhnya, setiap kalimat selalu didahului dengan ucapan syukur pada Allah untuk suatu berkat!
Ia berterima kasih bahwa tidak ada rasa sakit yang menyertai penyakitnya, yang rupa-rupanya adalah semacam kanker kulit. Ia bersyukur pada Allah yang memberinya kekuatan untuk bisa terus maju dan bertahan.
Saatnya tidur, kami bukakan ranjang-lipat-kain berkemah untuknya di kamar anak-anak. Esoknya waktu aku bangun, seprei dan selimut sudah rapi terlipat dan pria tua itu sudah berada di beranda. Ia menolak makan pagi, tapi sesaat sebelum ia berangkat naik bis, ia berhenti sebentar, seakan meminta suatu bantuan besar, ia berkata, “Permisi, bolehkah aku datang dan tinggal di sini lagi lain kali bila aku harus kembali berobat? Saya sungguh tidak akan merepotkan anda sedikitpun. Saya bisa kok tidur enak dikursi.”
Ia berhenti sejenak dan lalu menambahkan, “Anak-anak Anda membuatku begitu merasa kerasan seperti di rumah sendiri. Orang dewasa rasanya terganggu oleh rupa buruknya wajahku, tetapi anak-anak tampaknya tidak terganggu.” Aku katakan silakan datang kembali setiap saat.
Ketika ia datang lagi, Ia tiba pagi-pagi jam tujuh lewat sedikit. Sebagai oleh-oleh, ia bawakan seekor Ikan besar dan satu liter kerang oyster terbesar yang pernah kulihat. Ia bilang, pagi sebelum berangkat, semuanya ia kuliti supaya tetap bagus dan segar.
Aku tahu bisnya berangkat jam 4.00 pagi, entah jam berapa ia sudah harus bangun untuk mengerjakan semuanya ini bagi kami. Selama tahun-tahun ia datang dan tinggal bersama kami, tidak pernah sekalipun ia datang tanpa membawakan kami ikan atau kerang oyster atau sayur mayur dari kebunnya. Beberapa kali kami terima kiriman lewat pos, selalu lewat kilat khusus, ikan dan oyster terbungkus dalam sebuah kotak penuh daun bayam atau sejenis kol, setiap helai tercuci bersih.
Mengetahui bahwa ia harus berjalan sekitar 5 km untuk mengirimkan semua itu, dan sadar betapa sedikit penghasilannya, kiriman-kiriman dia menjadi makin bernilai…
Ketika aku menerima kiriman oleh-oleh itu, sering aku teringat kepada komentar tetangga kami pada hari ia pulang ketika pertama kali datang. “Ehhh, kau terima dia bermalam ya, orang yang luar biasa jelek menjijikkan mukanya itu? Tadi malam ia kutolak. Waduhh, celaka dehh.., kita kan bakal kehilangan langganan kalau nerima orang macam gitu!”
Oh ya, memang boleh jadi kita kehilangan satu dua tamu. Tapi seandainya mereka sempat mengenalnya, mungkin penyakit mereka bakal jadi akan lebih mudah untuk dipikul. Aku tahu kami sekeluarga akan selalu bersyukur, sempat dan telah mengenalnya; dari dia kami belajar apa artinya menerima yang buruk tanpa mengeluh, dan yang baik dengan bersyukur kepada Allah.

Sumber : email seorang teman

The Power of FAILURE for SUCCESS

Banyak orang menjadi lemah ketika mengalami kegagalan. Menjadi tidak bersemangat, enggan untuk melangkah lagi dan serangkai kemunduran sikap lainnya. Padahal kegagalan merupakan titik balik bagi seseorang untuk memperbaiki langkahnya menuju kesuksesan.

Belajar dari Napoleon Hill yang menungkapkan bahwa, "Sebagian besar orang telah mencapai keberhasilan terbesar mereka, yang hanya berjarak satu langkah dari tempat mereka mengalami kegagalan."

Ambil inspirasi bangkit dari kegagalan melalui



Sudhamek AWS : CEO Garuda Food
Simak wawancara yang memberikan kita inspirasi bagaimana jalan panjang yang dilalauinya membawa bisnisnya menjadi raksasa seperti saat ini.



Bambang Tri Sasongko : Menuai Berkah Setelah Pasrah Tertimpa Musibah
Tak pernah disangka dalam hidupnya akan kehilangan semua harta benda akibat kebakaran. Bambang kemudian belajar ikhlas dan menerima segala yang terjadi pada dirinya dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, hingga akhirnya kini telah sukses merajai berbagai bidang usaha, mulai dari energi, pertambangan hingga kini akan memasuki bisnis airlines.



Damayanti Buchori : Tak Mau Kalah Karena Total Commitment
Seorang dosen di IPB ini dijuluki sebagai Pejuang Konservasi Alam karena usahanya yang gigih dalam menekuni bidangnya yaitu tentang serangga ekologi. Dalam hidupnya ia selalu berpedoman "don't quit", jangan pernah menyerah atas setiap kegagalan yang kita alami.



Belajar Kegagalan dari 7 Tokoh Dunia



1. Martha Stewart : Model yang sukses juga di bisnis ini bangkit dengan mengembalikan nama baiknya setelah sempat di penjara akibat kasus insider trading, padahal kala itu namanya sedang di puncak-puncaknya. Hingga akhirnya, ia mampu merebut kembali kejayaannya di Omnimedia dan menjadi magnet pebisnis AS, host televisi ternama, penulis, dan publisher.

2. Rowland Hussey Macy: Bangkit dengan mengubah cara lama.

3. Stephen King: Penulis fiksi spesialis horor ini justru menggapai puncak ketika sebelumnya ia merasa putus asa karena semua karyanya ditolak.

4. Liu Wei: Ia harus kehilangan kedua tangannya dan bahkan menghentikan langkahnya untuk bermain piano. Atas motivasi dari ibunya, ia kemudian bermain piano menggunakan kedua kakinya hingga kemudian mengantarkannya menjadi pemenang ajang talent show China's Got Talent.

5. Babe Ruth : Pemain bisbol sepanjang masa yang menganggap kegagalan bukan sesuatu yang fatal.

6. Dick Cheney : Meski sempat gagal menyelesaikan kuliahnya di Yale University namun ia bertekad mencoba jalan lain hingga menjadikannya Wakil Presiden Amerika Serikat sekalgus pada akhirnya mampu menyelesaikan gelar sarjana dan masternya sekaligus.

7. Ben dan Jerry: Meski sempat kalah dalam bisnisnya akibat monopoli, Ben dan Jerry pendiri es krim Ben & Jerry's ini bangkit melalui simpati masyarakat. Kini, siapa yang tak kenal dan tak suka es krim istimewa ini?



Innerfire of Jason Becker oleh Audifax
Musisi dan Gitaris yang sangat diidolakan ini harus mengalami kelumpuhan ALS pada umur 19 tahun. Dengan hanya mengandalkan jari tangan kirinya, Jason mampu menghasilkan karya emas dan album sukses. Jason mampu menciptakan musik luar biasa dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya.

Sumber : Andrie Wongso

Alphabet menuju sukses

A : Accept (Menerima)

Terimalah diri Anda sebagaimana adanya.



B : Believe (Percaya)

Percayalah terhadap kemampuan Anda untuk meraih apa yang Anda inginkan dalam hidup.



C : Care (Peduli)

Pedulilah pada kemampuan Anda meraih apa yang Anda inginkan dalam hidup.



D : Direct (Langsung)

Arahkan pikiran pada hal-hal positif yang meningkatkan kepercayaan diri.



E : Earn (Menerima/Mendapatkan)

Terimalah penghargaan yang diberi orang lain dengan tetap berusaha menjadi yang terbaik.



F : Face (Hadapi)

Hadapi masalah dengan benar dan yakin.



G : Go (Pergi)

Berangkatlah dari kebenaran.



H : Homework (PR)

Pekerjaan rumah adalah langkah penting untuk pengumpulan informasi.



I : Ignore (Abaikan)

Abaikan celaan orang yang menghalangi jalan Anda mencapai tujuan.



J : Jealously (Kecemburuan)

Rasa iri dapat membuat Anda tidak menghargai kelebihan Anda sendiri, jadi hindarilah.



K : Keep (Menjaga)

Terus berusaha walaupun beberapa kali gagal.



L : Learn (Belajar)

Belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya.



M : Mind (Pikiran)

Perhatikan urusan sendiri dan tidak menyebar gosip tentang orang lain.



N : Never (Jangan Pernah)

Jangan pernah putus asa.



O : Observe (Amati)

Amatilah segala hal di sekeliling Anda. Perhatikan, dengarkan, dan belajar dari orang lain.



P : Patience (Kesabaran)

Sabar adalah kekuatan tak ternilai yang membuat Anda terus berusaha.



Q : Question (Pertanyaan)

Pertanyaan perlu untuk mencari jawaban yang benar dan menambah ilmu.



R : Respect (Hargai/Hormati)

Hargai diri sendiri dan juga orang lain.



S : Self Confidence, Self Esteem / Self Respect (Percaya Diri, Penghargaan Diri)

Kepercayaan diri dan penghargaan atas diri sendiri membebaskan kita dari saat-saat tegang.



T : Take (Ambil)

Bertanggung jawab pada setiap tindakan Anda.



U : Understand (Memahami/Mengerti)

Pahami bahwa hidup itu selalu ada potensi untuk naik.



V : Value (Nilai)

Nilai diri sendiri dan orang lain, berusahalah melakukan yang terbaik.



W : Work (Kerja)

Bekerja dengan giat, jangan lupa berdoa.



X : X'tra (Ekstra)

Usaha lebih keras membawa keberhasilan.



Y : You (Kamu)

Anda dapat membuat suatu yang berbeda.



Z : Zero (Nol)

Selalu ingat, usaha nol membawa hasil nol pula.

Sumber : Andrie Wongso

Jadilah bijaksana hari ini

Dahulu kala, ada seorang petani miskin memiliki seekor kuda putih yang sangat cantik dan gagah. Suatu hari, seorang saudagar kaya ingin membeli kuda itu dan menawarkan harga yang sangat tinggi. Sayang si petani miskin itu tidak menjualnya. Teman-temannya menyayangkan dan mengejek dia karena tidak menjual kudanya itu.

 

Keesokan harinya, kuda itu hilang dari kandangnya! Maka teman-temannya berkata, "Sungguh jelek nasibmu, padahal kalau kemarin kamu jual, kamu sudah jadi orang kaya. Sekarang kudamu sudah hilang." Si petani miskin hanya diam saja.

 

Beberapa hari kemudian, kuda si petani kembali bersama 5 ekor kuda lainnya. Lalu teman-temannya berkata, "Wah beruntung sekali nasibmu! Ternyata kudamu membawa keberuntungan ya.." Si petani hanya diam saja.

 

Beberapa hari kemudian, anak si petani yang sedang melatih kuda-kuda baru mereka terjatuh dan kakinya patah. Teman-temannya berkata, "Ah, rupanya kuda-kuda itu membawa sial. Lihat, sekarang kaki anakmu patah!"

Si petani tetap diam tanpa komentar.

 

Seminggu kemudian, terjadi peperangan di wilayah itu. Semua anak muda di desa dipaksa untuk berperang, kecuali si anak petani karena dia belum bisa berjalan. Teman-temannya mendatangi si petani sambil menangis, "Beruntung sekali nasibmu karena anakmu tidak ikut berperang. Kami harus kehilangan anak-anak kami."

 

Si petani kemudian berkomentar, "Janganlah terlaku cepat membuat kesimpulan dengan mengatakan nasib baik atau jelek. Semuanya adalah suatu rangkaian proses. Syukuri dan terima keadaan yang terjadi saat ini. Apa yang kelihatan baik hari ini, belum tentu baik untuk hari esok. Apa yang buruk hari ini, belum tentu buruk untuk hari esok. Jadilah bijaksana hari ini!

Sumber : Andrie Wongso

10 Chinese wisdom (kearifan dari negeri China)

Teman2, berikut adalah 10 Chinese wisdom (kearifan dari negeri China):

 

1. Perjalanan seribu mil diawali dengan sebuah langkah.

 

2. Sebuah batu permata tidak bisa dipoles tanpa gesekan, seperti halnya seorang manusia disempurnakan dengan cobaan hidup.

 

3. Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.

 

4. Yang bertanya seperti orang bodoh selama lima menit lebih baik daripada yang tidak bertanya, karena ia tetap bodoh selamanya.

 

5. Jika Anda ingin tak seorang pun mengetahuinya, jangan melakukannya.

 

6. Berikan seseorang seekor ikan, dan Anda memberinya makan untuk sehari. Ajarkan seseorang untuk menangkap ikan, dan Anda memberinya makan untuk seumur hidup.

 

7. Waktu terbaik untuk menanam sebuah pohon adalah dua puluh tahun yang lalu. Waktu terbaik kedua, adalah: mulailah hari ini.

 

8. Bila Anda ingin tahu masa lalu Anda: lihatlah kondisi Anda saat ini. Bila Anda ingin tahu masa depan Anda: lihatlah tindakan-tindakan Anda saat ini.

 

9. Sebuah pembicaraan dengan seorang bijak adalah lebih baik daripada sepuluh tahun menuntut ilmu.

 

10. Hidup sebagian adalah apa yang kita tentukan, dan sebagian lagi ditentukan oleh teman-teman yang kita pilih.

Sumber : Andrie Wongso

Jangan menjadi batu sandungan

Dikisahkan, ada seorang anak muda yang mempunyai temperamen tinggi. Seringkali karena hal-hal sepele, dia mudah tersinggung dan marah, bahkan bila perlu berkelahi dengan orang lain yang dianggap telah menghinanya. Orangtuanya berkali-kali  menasihati agar belajar bersabar dan mau mengerti orang lain, tetapi si anak tidak menggubris dan menganggapnya sebagai angin lalu.

 

Suatu hari saat berkendara di jalan raya, sepeda motor yang dikendarai bersama temannya dilanggar oleh orang lain. Sifat pemarahnya pun muncul. Dengan perasaan jengkel, segera saja motor itu dikejar dan dipepet dengan tingkah sok jagoan. Merasa dirinya menang, saat menyaksikan orang tadi meminggirkan motornya, dia pun tancap gas sambil tertawa terbahak-bahak.

 

Tidak lama kemudian terdengar teriakan nyaring disertai bunyi benda terjatuh keras. Rupanya karena tidak konsentrasi pada jalanan, terjadilah kecelakaan yang melukai dirinya sendiri serta teman yang dibonceng. Akibat kecelakaan itu, teman yang dibonceng terpental dan mengalami luka yang cukup parah. Dia sendiri hanya mengalami luka ringan, sedangkan motornya rusak tidak karuan.

 

Saat menengok teman yang dirawat di rumah sakit, dia berjumpa dengan orangtua temannya. Dengan tersipu malu dia berkata, “Maafkan saya Pak, Bu. Saya yang mengendarai dan merusakkan motornya, serta mencelakai Anto. Semua salah saya. Saya akan berusaha meminta orangtua saya untuk membantu biaya perbaikan motor dan biaya perawatan di rumah sakit ini.”

 

Ayah si teman menjawab dengan sabar, “Anak muda. Bapak tidak mempermasalahkan biaya rumah sakit dan perbaikan motor. Walaupun harus mengeluarkan uang, itu semua bisa diselesaikan. Yang penting, kita harus bersyukur karena kalian selamat dan hanya mengalami luka-luka yang tidak membahayakan nyawa.

 

Bapak hanya ingin mengingatkan kepada kalian, bahwa hidup ini adalah berkat! Berkat yang tidak boleh disia-siakan oleh siapapun. Maka paling sedikit, berusahalah bermanfaat bagi dirimu sendiri. Jika kalian merasa belum bisa menjadi berkat bagi orang lain, ya setidaknya cobalah jangan menjadi batu sandungan untuk orang lain. Dengan berkendaraan ugal-ugalan, bukan hanya tidak menghargai berkat yang diberikan Yang Maha Kuasa, kalian juga telah menjadi batu sandungan bagi kehidupan orang lain. Itu sungguh hidup yang sia-sia. Bapak tidak ingin kalian menjadi orang seperti itu. Harap kalian mengerti.”

 

Teman-teman yang Luar Biasa!

 

Himpitan beban kehidupan, sering kali membuat manusia sekarang ini mudah tersinggung dan sibuk mengumbar emosi. Semakin arogan terasa semakin hebat. Apalagi jika bisa menindas orang lain, akan merasa dirinya jagoan.

 

Hal ini sungguh "penyakit mental" yang tidak perlu dipelihara alias harus segera dibuang! Perlu diingat, bila belum mampu menjadi berkat bagi orang lain, setidaknya jangan menjadi batu sandungan bagi sesama. Setuju...?

 

Salam sukses, luar biasa!

Sumber : Andrie Wongso

Tahta untuk sang Putri

Seorang ayah, kebetulan pengusaha kaya multi-usaha, menghadapi soal yang amat pelik. Siapakah yang harus dipilihnya menjadi President & CEO menggantikan dirinya memimpin kerajaan bisnisnya yang sudah dibangun susah payah lebih dari setengah abad?

Kini usianya sudah berkepala tujuh dan penyakit-penyakit tua sudah mulai menggerogoti dirinya. Ia tahu sebentar lagi dirinya akan mengikuti jejak nenek-moyangnya menuju lorong hidup manusia fana.

Anaknya tiga orang. Si sulung amat cerdas, meraih MSc. dan MBA luar negeri, ia berselera canggih, senang glamour, ambisius, dan punya pergaulan yang luas di kalangan jet set. Cuma si ayah cukup khawatir karena si sulung ini punya bakat bercumbu dengan bahaya seperti (konon) keluarga Kennedy. Naluri jdinya gede, dan niat curangnya pun cukup kuat. Singkatnya, ia cerdas, kreatif, namun lihai dan licin.

Si tengah, lebih hebat lagi. Bergelar PhD. bidang kimia dari universitas beken di Amerika, ia lulus dengan predikat magna cum laude. Papernya bertebaran di jurnal-jurnal internasional. Bangga sekali hati si ayah yang cuma lulus SMP zaman Jepang. Dia dosen dan peneliti. Dan di perusahaan ayahnya dia menjabat sebagai Direktur Riset dan Pengembangan. Tetapi menjadi CEO, ia terlalu akademis.

Kurang cocok dengan bisnis mereka yang kini berspektrum sangat lebar.

Si bungsu, satu-satunya perempuan, cuma lulus S1 dalam negeri.

Meskipun sejak lima tahun terakhir ia bergabung dengan usaha ayahnya sebagai Direktur Grup Konsumer, tetapi ia memulai karirnya di perusahaan asing sebagai wiraniaga (marketing executive). Ia merangkak dari bawah hingga 15 tahun kemudian bisa mencapai posisi General Manager. Otaknya kalah brilian dbanding kedua kakaknya.

Meskipun cenderung hemat berkata-kata, namun ia menunjukkan bakat memimpin yang baik. Ia mampu mendengar dengan intens. Berbagai pendapat dan gagasan bisa diolahnya dengan dalam.

Gaya hidupnya biasa saja. Ia disenangi sekaligus disegani orang karena sikapnya yang fair, jujur, dan mampu merakyat dengan para bawahannya.

Nah, jika Anda adalah konsultan independen, siapakah pilih an Anda menggantikan sang patriarch menjadi President & CEO? Saya bertaruh, sebagian besar Anda akan menominasikan si bungsu. Dan si ayah juga demikian. Masalah ini menjadi pelik, karena menurut adat-istiadat, si sulunglah pewaris takhta. Dan, ia sangat berambisi untuk itu. Sedang si bungsu, selain paling buncit, perempuan lagi. Jadi ia kalah status, gelar dan gender. Bagaimana jalan keluarnya? Konsultan angkat tangan. Rujukan buku teks tidak ada. Sang patriarch akhirnya hanya bisa mengandalkan wibawa dan hikmatnya sebagai ayah.

Lalu dipanggilnya ketiga anaknya. Dibentangkannya persoalan secara gamblang. Diuraikannya plus-minus setiap anaknya. Dianalisisnya kemungkinan sukses masing-masing memimpin grup usaha itu menuju milenium ketiga. Dialog pun dimulai. Dan si ayah segera maklum, dead lock akan terjadi. “Sudahlah, aku akan memutuskan sendiri siapa penggantiku,” kata orangtua itu akhirnya. Ketiganya takzim menurut. Seminggu kemudian, si ayah datang dengan sebuah ujian. “Barangsiapa bisa mengisi ruang ini sepenuh-penuhnya, maka dialah penggantiku,” katanya sambil menunjuk ruang rapat yang cuma terisi empat kursi dan sebuah meja bundar. “Budget maksimum Rp1 juta,” tambahnya lagi.

Kesempatan pertama jatuh pada si sulung. Enteng, pikirnya. Besoknya, dipenuhinya ruangan itu dengan cacahan kertas berkarung-karung. Dan memang ruangan itu menjadi padat. “Bagus, besok giliranmu,” kata si ayah kepada anak keduanya.

Duapuluh empat jam kemudian, ruangan itu pun dipenuhinya dengan butiran styro- foam yang diperolehnya dengan menghancurkan bekas-bekas packaging. “Oke, besok giliranmu,” kata sang patriarch menunjuk putrinya.

Esoknya, ketika acara inspeksi dimulai, ternyata ruangan masih kosong. “Lho, kok kosong?” tanya ketiganya hampir serempak. Sang putri diam saja. Dimatikannya saklar lampu. Dari sakunya dia keluarkan sebatang lilin. Ditaruhnya di atas meja. Lalu disulutnya dengan sebatang korek api. “Lihat, ruangan ini penuh dengan terang. Silahkan dinilai, apakah ada celah kosong tak tersinari,” katanya kalem. Tak terbantah siapa pun, dia dinyatakan menang dan sang putri pun berhak menduduki kursi tertinggi. Problem solved.

Kualitas yang ditunjukkan sang ayah dan putrinya adalah apa yang saya sebut sebagai hikmat. Ciri utama orang berhikmat (wise person) ialah kemampuan memecahkan masalah secara genuine dan memuaskan. Ini selaras dengan Jerry Pino yang merumuskan hikmat sebagai kemampuan membuat the best decision at any given situation.

Pintar, di pihak lain, adalah kemampuan mencerna dan mengolah informasi secara cepat. Ciri-cirinya, rasional, metodik, linier, dan analitik. Kepintaran umumnya diperoleh dengan olah otak sampai botak.

Dari dulu botak memang ciri orang pintar. Tetapi hikmat (wisdom) tidak hanya memerlukan olah otak tetapi terutama olah hati. Jarang kita sadari, hati kita sebenarnya bisa berpikir. Dalam tradisi literatur kuno, terutama kitab-kitab suci, hati adalah lokasi kebijaksanaan, hikmat dan kepandaian. Lebih spesifik, hati adalah access point kita kepada the higher knowledge, yakni kepada Tuhan sendiri. Dalam arti ini, orang bijak selalu berkonotasi orang alim dan saleh.

Kini, ketika rasionalisme warisan Descartes dan Immanuel Kant menjadi panglima, kebijaksanaan yang berasal dari hati (nurani atau suara hati) cenderung dinomorduakan. Yang utama adalah kepala. Dunia politik, bisnis dan kemasyarakatan kita kemudian didominasi oleh para pakar dan teknokrat bergelar master, doktor, dan profesor.

Sumber : Chicken soup for the soul

Sepatu Agus

Agus melangkah dengan lesu setelah menerima salinan rapornya yang baru saja ia terima dari bu Eti, guru wali kelasnya. Semua nilai mata pelajarannya menurun. Kepalanya tertunduk dalam ketika duduk kembali di mejanya. Konsentrasinya sudah benar-benar hilang. Bu Eti yang melanjutkan memanggil teman-temannya satu persatu untuk maju kedepan, sudah tidak terekam lagi di kepalanya. Pandangannya terpekur pada kedua ujung jempol kakinya yang tampak dari jendela sepatunya. Kedua ujung sepatunya ada lubang sehingga seperti jendela yang menganga. Kedua ujung jempol kakinya seperti kepala yang mengintip malu-malu. Ia malu dan benci sepatunya yang sudah aus dan tua itu. Ia menyesali kenapa ia hanya menjadi anak seorang penjual cilok. Untuk membeli sepatu saja tidak mampu. Ia merasa sedih dan benci kepada entah siapa. Setiap kali melihat teman-temannya yang selalu memakai sepatu bagus dan sering ganti-ganti. Ia ingin membuang jauh-jauh sepatu bututnya itu tapi kalau ia benar-benar membuang sepatunya itu, ia tidak punya sepatu lagi. Itu sepatu satu-satunya yang ia miliki. Ia kembali memandangi nilai-nilai yang berjajar rapi di salinan rapornya. Membuatnya semakin sebel dan dongkol.

aat istirahat ia menyendiri, tidak ikut bermain dengan teman-temannya. Sudah beberapa hari ini ia sudah tidak bisa lagi menahan malu untuk bergabung dengan teman-temannya. Bahkan sering kali menghindari untuk berpapasan dengan teman-temannya. Ini semua gara-gara sepatunya yang sudah berjendela. Lagi-lagi ia ingin sekali membuang jauh-jauh sepatunya itu. Ia merasa, gara-gara sepatunya itu, teman-temanya menjauhi dirinya. Gara-gara sepatunya semua nilai pelajarannya menurun.
Bel pelajaran, tanda akhir pelajaran sudah menggema, semua murid menghambur keluar kelas masing-masing. Agus berjalan pulang sendiri. “Agus! Agus!” Suara Amir memanggil-manggilnya dari belakang tapi diabaikannya begitu saja. “Agus…tunggu!”, Amir berlari mengejar Agus.
Amir sudah berjalan beriringan dengan Agus. “Kita buat kelompok belajar yuk!”, kata Amir sambil terengah-engah. “Bulan depan kita akan menghadapi lomba cerdas cermatnya”, Amir menerangkan dengan semangat. Tapi Agus menanggapinya dengan lesu dan dongkol, “Aku tidak akan ikut lomba”, kata Agus dongkol lalu segera berlalu dari hadapan Amir. Ia berjalan sendiri menyusuri jalan sembari sesekali melirik kedua jempol kakinya yang muncul di depannya bergantian. Jempol-jempol itu seakan sudah tidak malu-malu lagi melongok dari jendela-jendelanya. Menelan kenyataan bahwa ia tidak ikut lomba cerdas cermat seperti menelan pil pahit yang berukuran sangat besar.
Sampai di rumah ia masuk kamar tanpa menyapa ibunya. Tanpa makan siang, ia terus mengurung diri di dalam kamar. Pikirannya melayang, seandainya ia jadi Faiz, pasti ia tidak akan mengalami seperti ini. Kedua orang tua Faiz adalah dokter semua. Seandainya ia jadi Doni, orangtuanya yang insinyur atau seandainya ia jadi Amir yang orang tuanya punya bengkel mobil yang besar. Ia akan bisa berganti-ganti sepatu setiap dua hari sekali dan ia akan punya sepatu olahraga sendiri.

“Nak, kamu sakit ya?”, tanya ibu lembut sambil menempelkan telapak tangannya ke kening Agus. Tapi dengan kesal Agus mengalihkan kepalanya dari tangan ibunya. “Ada apa?”, tanya ibu lembut. “makan dulu”, lanjut ibu.

“Tidak mau!”, jawab Agus kesal. Dengan sabar ibu mengelus kepala Agus. Ibu mengikuti pandangan Agus yang sedang tiduran tengkurap sambil menatap sepatunya. Ibu sudah tahu permasalahan yang dihadapi Agus. Beberapa hari lalu Agus sudah mengatakan pada ayah, bahwa sepatunya perlu diganti. Tapi ayahnya tidak punya cukup uang untuk membeli sepatu baru. Sekali lagi ibunya dengan lembut membelai kepala Agus.

Keesokan malamnya, saat Agus mengurung diri di kamarnya seperti biasa, Ayah memanggilnya. Ayah dan ibu sudah duduk di ruang depan, sekaligus ruang tamu.

”Ayah tadi bertemu bu Eti”, kata ayah. “Kamu tidak mau ikut lomba cerdas cermat ya?”, lanjut ayah.

“Agus malu yah dengan teman-teman”, jawab Agus tertunduk.

“Kenapa harus malu?”, tanya ayah lembut tapi berwibawa.

“Sepatu Agus sudah bolong-bolong”

“Nak, kita harus bersyukur dengan apa yang kita miliki. Coba lihat Adi. Ia tidak punya sepatu sama sekali. Ia sekolah tanpa memakai sepatu”, ayah menerangkan dengan lembut. Agus semakin tertunduk. Ia ingat bagaimana Adi selalu bertelanjang kaki ke sekolah. Kasihan dia, orangtuanya adalah pemulung.

“Janganlah sepatumu itu menghentikan kamu untuk belajar”, kata ayah semakin lembut. “Jangan sampai hanya karena sepatu, kamu menghentikan masa depanmu”, lanjut ayah lagi. Ruangan menjadi hening untuk sejenak, ”maafkan ayah, belum bisa membelikan sepatu untukmu”.

Tidak sepatah katapun yang diucapkan Agus. Ia justru merasa bersalah ketika ayahnya meminta maaf kepadanya. Seharusnya ia yang meminta maaf pada ayah dan ibunya karena selama ini tidak mau memahami situasi yang sebenarnya. Bahkan juga telah menyalahkan ayah dan ibunya. Kepalanya tertunduk semakin dalam.

“Nak, apa yang tidak bisa kamu kerjakan jangan sampai menghentikan apa yang bisa kamu kerjakan.”

Kata-kata ayah begitu cepat meresap ke dalam pikiran dan hati Agus. Sekarang ia menjadi tenang dan bahagia. Ia tidak lagi mempunyai rasa benci dan marah. Ia bersyukur masih punya sepatu. Ia bahagia dan bangga punya ayah dan ibunya. Ruangan itu sesaat menjadi hening lagi. Kepala Agus makin dalam tertunduk. Tak sadar air matanya menetes.

“Belajarlah terus nak”, kata ayah memecah keheningan. “Ayah dan ibu akan menabung untuk membeli sepatu baru saat kamu lomba nanti”.

“Iya yah”, kata Agus bersemangat. “Agus akan terus belajar dan ikut lomba. Agus tidak malu lagi dengan sepatuku. Aku malah bangga punya sepatu yang menyehatkan karena ada sirkulasi udaranya”. Semua tertawa mendengar seloroh Agus.

***

Sekarang Agus sudah tidak malu lagi dengan teman-temannya. Agus sudah menjadi seperti semula. Agus yang selalu riang, aktif, suka menolong teman-temannya dan cerdas. Ia sudah bisa bermain dengan teman-temannya lagi seperti tempo hari. Ia sudah nyaman dengan sepatu ventilasinya. Ternyata teman-temannya tidak berubah. Mereka tetap baik dengannya walaupun sepatunya tidak baru dan berlobang. Bersama-sama mereka belajar berkelompok untuk menghadapi lomba cerdas cermat. Even lomba ini memperebutkan trofi dari Gubernur. Mereka bertekad untuk memenangkan lomba itu.

Hari lombapun telah tiba. Ayah benar-benar memberi kejutan sepatu baru warna hitam. Agus bahagia sekali. “Terima kasih ayah, ibu”. Ia menciumi dan memeluk erat-erat kedua orangtuanya. Dengan semangat yang berkobar-kobar, Agus, Amir dan Hana berangkat lomba dengan dilepas semua guru-guru dan teman-teman satu sekolah. Lomba ini disiarkan langsung oleh stasiun TV. Dengan cepat dan tangkas Agus dan teman-teman menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Hanya pada babak rebutan, satu pertanyaan yang tercecer tidak terjawab oleh mereka.

Akhirnya kerja keras Agus dan teman-temannya selama ini tidak sia-sia. Agus dan teman-teman berhasil memenangkan lomba. Mereka berhasil meraih nilai yang sangat tinggi. Dengan kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan, mereka menerima trofi langsung dari Gubernur. Mereka juga mendapat uang beasiswa, tas dan sepatu yang bagus-bagus yang tidak akan pernah terbeli oleh kedua orangtuanya. Setelah seremoni penyerahan trofi dan hadiah selesai, mereka diwawancarai banyak wartawan. Merekapun menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan tenang dan kebahagiaan yang tidak bisa disembunyikan.

Semua orang menyalami dan memberi selamat atas kemenangan mereka. Ternyata orang tua Amir dan Hana pun datang. Mereka memeluk dan menciumi Amir dan Hana dengan suka cita. Sejenak kebahagiaan Agus terhenti. Ia ingin sekali mendapat perhatian yang sama dari orangtuanya. Tapi dengan sigap ia ingat teringat kata-kata ayahnya. “Apa yang tidak bisa kamu kerjakan jangan sampai menghentikan apa yang bisa kamu kerjakan”. Ia tidak ingin menghentikan kebahagiaannya. Ia tidak ingin menghentikan perayaan kemenangannya. Dalam hati ia berharap ayah dan ibunya libur jualan dan menyaksikan dirinya lewat TV. Terima kasih ayah, ibu.


Sumber : Chicken soup for the soul

Semut dan Lalat

Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta diatas sebuah tong sampah didepan sebuah rumah.
Suatu ketika anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah, kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat.

"Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar"
katanya.

Setelah kenyang si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.

Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan dan esok paginya nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai.

Tak jauh dari tempat itu nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.

Dalam perjalanan seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua,

"Ada apa dengan lalat ini Pak? Mengapa dia sekarat?".

"Oh.. itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini, sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita" Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi

"Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?".

Masih sambil berjalan dan memangggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab,

"Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannyadengan cara-cara yang sama". Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya namun kali ini dengan mimik & nada lebih serius

"Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama namun mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini".

"Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya melakukannya dengan cara yang berbeda"


Sumber : Chicken soup for the soul

Mengapa saya?

Arthur Robert Ashe, Jr., petenis profesional asal Amerika, 1943 –1993 said:

“If I were to say, ‘God, why me?’ about the bad things, then I should have said, ‘God, why me?’ about the good things that happened in my life.”



Arthur Ashe adalah seorang petenis kulit hitam legendaris asal Amerika. Prestasinya sungguh luar biasa. Tiga gelar grand slam, turnamen paling bergengsi tersimpan di lemari kacanya. Gelar itu adalah US Open (1968), Australian Open (1970), dan Wimbledon (1975). Sebuah prestasi yang sulit diraih pada masa itu.

Selesai berkarir di lapangan, dia pun gantung raket. Namun dia bernasib kurang bagus. Pada 1979, ia terkena serangan jantung. Dokter memutuskan ia harus operasi by pass. Dua kali operasi dijalankan agar Ashe sembuh.

Tapi bukan sembuh yang didapat. Operasi ternyata membawa bencana lain. Dari transfusi darah, dia mendapat virus yang sekarang dikenal dengan nama HIV pada 1983. Pada masa itu, pengawasan terhadap berjangkitnya virus ini memang masih rendah.

Kenyataan pahit ini ia sembunyikan kepada publik. Sampai akhirnya, pada April 1992, koran terkemuka USA Today menurunkan laporannya mengenai kondisi kesehatannya. Sontak publik pun tercengang. Kebanyakan dari mereka menyayangkan tragedi yang menimpa petenis yang rendah hati itu.

Sepucuk surat dari seorang pengagumnya pun sampai ke tangannya. Penggemar itu menyatakan keprihatinannya. Dalam suratnya, sang penggemar bertanya, "Why did God have to select you for such a bad disease?”. Pertanyaan yang biasa saja, tapi sungguh dalam, “Mengapa Tuhan memilih kamu untuk menerima penyakit ini?”

Ashe menjawab, “Begini. Di dunia ini ada 50 juta anak yang ingin bermain tenis. Di antaranya 5 juta orang yang bisa belajar bermain tenis. 500 ribu belajar menjadi pemain tenis profesional. 50 ribu datang ke arena untuk bertanding. 5 ribu mencapai turnamen grand slam. 50 orang berhasil sampai ke Wimbledon. 4 orang sampai di semifinal. 2 orang berlaga di final. Dan ketika saya mengangkat trofi Wimbledon, saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan, ‘Mengapa saya?’ Jadi ketika sekarang saya menderita sakit, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan, ‘Mengapa saya?’”

Pada 6 Februari 1993, Ashe mengembuskan napas terakhirnya. Dua bulan sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Ashe mendirikan the Arthur Ashe Institute for Urban Health. Dan beberapa minggu sebelum ia wafat, Ashe masih menyempatkan diri menulis memoarnya yang berjudul ’Days of Grace’.

Membaca ketulusan dan keikhlasan Ashe tidak saja menyentuh, tapi juga mengetuk hati siapa saja. Penjelasan panjang lebar tentang kemenangan di lapangan menggambarkan betapa dalam hidup kita hanya ingin mendapatkan hal-hal yang terbaik belaka dan selalu lupa untuk sekadar berucap syukur atas karunia itu. Bahkan alih-alih bersyukur, malah kesombongan yang kerap muncul di saat berada di puncak kejayaan.

Kadang sebaliknya yang terjadi pada saat kesusahan. Pertanyaan kenapa nasib buruk itu hanya menimpa pada kita kerap kali menggerundel dari mulut. Seolah-olah keburukan tidak boleh mampir melintasi dalam perjalanan hidup kita. Saat menerima cobaan, apa pun, kita bertanya kepada Tuhan ‘mengapa saya, mengapa bukan orang lain?’ Sehingga kita merasa berhak menggugat Tuhan. Bahkan memvonis betapa tidak adilnya Tuhan.

Ashe berbeda. Dia tak pernah mengeluh dan bertanya ‘mengapa saya’. Dia tetap teguh dalam harapan. Seberapa besar pun beban hidup yang menimpa. Baginya, kebaikan dan keburukan dari Tuhan adalah anugerah yang terindah dalam hidupnya.


---
Sonny Wibisono

Sumber: Chicken soup for the soul

Kesempatan

Seekor beruang yang bertubuh besar sedang menunggu seharian dgn sabar ditepi sungai deras, waktu itu memang tidak sedang musim ikan.

Sejak pagi ia berdiri disana mencoba meraih ikan yang meloncat keluar air.
Namun,tak satu juga ikan yg berhasil ia tangkap. Setelah berkali-2 mencoba, akhirnya..hup .. ia dpt menangkap seekor ikan kecil.
Ikan yang tertangkap menjerit-2ketakutan, si ikan kecil itu meratap pada sang beruang, "Wahai beruang, tolong lepaskan aku."
"Mengapa ?: tanya beruang.
"Tidakkah kau lihat, aku ini terlalu kecil, bahkan bisa lolos lewat celah-2 gigimu," rintih sang ikan.
" Lalu kenapa?" tanya beruang lagi.
"Begini saja,tolong kembalikan aku ke sungai, setelah beberapa bulan aku akan tumbuh menjadi ikan yang besar, di saat itu kau bisa menangkapku dan memakanku utk memenuhi seleramu." kata ikan.
"Wahai ikan, kau tahu kenapa aku bisa tumbuh begitu besar?" tanya beruang
"Mengapa," ikan balas bertanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Karena aku tidak pernah menyerah walau sekecil apapun keberuntungan yang telah tergenggam di tangan !" jawab beruang sambil tersenyum mantap. "Ops !" teriak sang ikan.

Dalam hidup, kita diberi banyak pilihan dan kesempatan. Namun jika kita tidak mau membuka hati dan mata kita untuk melihat dan menerima kesempatan yang Tuhan berikan maka kesempatan itu akan hilang begitu saja. Dan hal ini hanya akan menciptakan penyesalan yang tiada guna di kemudian hari, saat kita harus berucap :"Ohhhh... andaikan aku tidak menyia2kan kesempatan itu dulu ..!!!?.

Maka bijaksanalah pada hidup, hargai setiap detil kesempatan dalam hidup kita.

Disaat sulit, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan;....
Disaat sedih, selalu ada kesempatan untuk meraih kembali kebahagiaan; ....
Di saat jatuh selalu ada kesempatan untuk bangkit kembali; ....
Dan dalam kondisi terburukpun selalu ada kesempatan untuk meraih kembali yang terbaik untuk hidup kita....

Bila kita setia pada perkara yang kecil maka kita akan mendapat perkara yang besar. Bila kita menghargai kesempatan yang kecil, maka ia akan menjadi kesempatan yang besar.

Sumber : Chicken soup for the soul

Minggu, 14 November 2010

Lima menit saja

Seorang ibu duduk di samping seorang pria di bangku dekat Taman-Main di West Coast Park pada suatu minggu pagi yang indah cerah.

"Tuh.., itu putraku yang di situ," katanya, sambil menunjuk ke arah seorang anak kecil dalam T-shirt merah yang sedang meluncur turun dipelorotan.

Mata ibu itu berbinar, bangga.

"Wah, bagus sekali bocah itu," kata bapak di sebelahnya.

"Lihat anak yangsedang main ayunan di bandulan pakai T-shirt biru itu? Dia anakku," sambungnya, memperkenalkan.

Lalu, sambil melihat arloji, ia memanggil putranya.

"Ayo Jack, gimana kalau kita sekarang pulang?"

Jack, bocah kecil itu, setengah memelas, berkata,

"Kalau lima menit lagi,boleh ya, Yahhh? Sebentar lagi Ayah, boleh kan? Cuma tambah lima menit kok,yaaa...?"

Pria itu mengangguk dan Jack meneruskan main ayunan untuk memuaskan hatinya. Menit menit berlalu, sang ayah berdiri, memanggil anaknya lagi.

"Ayo, ayo, sudah waktunya berangkat?"

Lagi-lagi Jack memohon, "Ayah, lima menit lagilah. Cuma lima menit tok, ya? Boleh ya, Yah?" pintanya sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Pria itu bersenyum dan berkata,

"OK-lah, iyalah..."

"Wah, bapak pasti seorang ayah yang sabar," ibu yang di sampingnya, dan melihat adegan itu, tersenyum senang dengan sikap lelaki itu.

Pria itu membalas senyum, lalu berkata,

"Putraku yang lebih tua, John, tahun lalu terbunuh selagi bersepeda di dekat sini, oleh sopir yang mabuk. Tahu tidak, aku tak pernah memberikan cukup waktu untuk bersama John. Sekarang apa pun ingin kuberikan demi Jack, asal saja saya bisa bersamanya biar pun hanya untuk lima menit lagi. Saya bernazar tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi terhadap Jack. Ia pikir, ia dapat lima menit ekstra tambahan untuk berayun, untuk terus bermain. Padahal, sebenarnya, sayalah yang memperoleh tambahan lima menit memandangi dia bermain, menikmati kebersamaan bersama dia, menikmati tawa renyah-bahagianya...."

Hidup ini bukanlah suatu lomba. Hidup ialah masalah membuat prioritas.Prioritas apa yang Anda miliki saat ini? Berikanlah pada seseorang yang kaukasihi, lima menit saja dari waktumu, dan engkau pastilah tidak akan menyesal selamanya.

Sumber : Chicken soup for the soul

Menggenggam Harapan

Pada tanggal 7 Desember 1998 di bagian utara Armenia, suatu gempa dengan kekuatan 6,9 skala richter menghancurkan sebuah gedung sekolah diantara bangunan-bangunan lainnya. Di tengah keramaian dan suasana panik, seorang bapak berlari menuju ke sekolah tersebut, dimana anaknya menuntut ilmu setiap harinya. Sambil berlari, ia terus teringat pada kata-kata yang sering ia ucapkan kepada anaknya itu, "Hai anakku, apapun yang terjadi, papa akan selalu bersamamu!"

Sesampainya di tempat di mana sekolah itu dulunya berdiri, yang ia dapati hanyalah sebuah bukit tumpukan batu, kayu dan semen sisa dari gedung yang hancur total! Pertama-tama ia hanya berdiri saja di sana sambil menahan tangis. Namun kemudian...tiba- tiba ia pergi ke bagian sekolah yang ia yakini adalah tempat ruang kelas anaknya. Dengan hanya menggunakan tangannya sendiri ia mulai menggali dan mengangkat batu-batu yang bertumpuk di sana. Ada seseorang yang sempat menegurnya, "Pak, itu tak ada gunanya lagi. Mereka semua pasti sudah mati."

Bapak itu menjawab, "Kamu bisa berdiri saja di sana, atau kamu bisa membantu mengangkat batu-batu ini!" Maka orang itu dan beberapa orang lain ikut menolong, namun setelah beberapa jam mereka capek dan menyerah. Sebaliknya, si bapak tidak bisa berhenti memikirkan anaknya, maka ia menggali terus.

Dua jam telah berlalu, lalu lima jam, sepuluh jam, tigabelas jam, delapan belas jam. Lalu tiba-tiba ia mendengar suatu suara dari bawah papan yang rubuh. Dia mengangkat sebagian dari papan itu, dan berteriak, "Armando!", dan dari kegelapan di bawah itu terdengarlah suara kecil, "Papa!". Kemudian terdengarlah suara-suara yang lain sementara anak-anak yang selamat itu ikut berteriak!

Semua orang yang ada di sekitar reruntuhan itu, kebanyakan para orang tua dari murid-murid itu, kaget dan bersyukur saat menyaksikan dan mendengar teriakan mereka. Mereka menemukan 14 anak yang masih hidup itu! Pada saat Armando sudah selamat, dia membantu untuk menggali dan mengangkat batu-batu sampai teman-temannya sudah diselamatkan semua. Semua orang mendengarnya ketika ia berkata kepada teman-temannya itu, "Lihat, aku sudah bilang kan, bahwa papaku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita!"

---

Mari kita renungkan bagaimana kita menjalani hidup kita. Di saat kita dalam kegelapan, tertimpa oleh macam-macam beban masalah, jatuh dalam kelemahan dan dosa. Apakah kita lantas berkeluh kesah, putus harapan, dan lantas mengibarkan bendera putih pada dunia tanda menyerah? Ataukah kita akan bersikap seperti Armando, yang terus menggenggam HARAPAN?

Sumber : Chicken soup for the soul

Kemenangan butuh kesabaran

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran… ayah anak“Ayah, ayah” kata sang anak…

“Ada apa?” tanya sang ayah…..

“aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek…

aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! … aku capel, sangat capek …

aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! …

aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…

aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…

aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis…

Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” … sang ayah hanya diam.

Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…

“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.
“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”
” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah?”
” Nah, akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? aku tidak mengerti”

” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”

” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”

” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… "

Sumber : Chicken soup for the soul

Arti sebuah pengorbanan

...Reo dan July adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga July berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Reo hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.

Dalam kehidupan mereka berdua, Reo sangat mencintai July. Reo telah melipat 1000 buah burung kertas untuk July dan July kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas tersebut Reo telah menuliskan harapannya kepada July. Banyak sekali harapan yang telah Reo ungkapkan kepada July. “Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi July dari bahaya”,”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dsb. Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada July.

Suatu hari Reo melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Reo berkata kepada July: “ July, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua ! “

Saat mendengar Reo berkata demikian, menangislah July. Ia berkata kepada Reo : “Reo, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!” Saat mendengar itu Reo pun bak disambar geledek. Ia kemudian mulai marah kepada July. Ia mengatai July matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya Reo meninggalkan July menangis seorang diri.

Reo mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Sikap July dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan usaha Reo menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorangpun tak kenal Reo, ia adalah bintang kesuksesan.

Suatu hari Reo pun berkelilingkotadengan mobil barunya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Reo pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua July. Reo mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Reo membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua July.

Reo sangat terkejut ketika didapati orang tua July memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto July dalam makam itu. Reo pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam July untuk menemui orang tua July.

Orang tua July pun berkata kepada Reo :”Reo, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan July yang terkena kanker rahim ganas. July menitipkan sebuahsuratkepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.” Orang tua July menyerahkan sepucuksuratkumal kepada Reo.

Reo membacasuratitu. “Reo, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputusasaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Reo, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu
Reo................................

July “
Setelah membaca surat itu, menangislah Reo. Ia telah berprasangka terhadap July begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati July teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa July kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa July mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih
memilih untuk menganggap July sebagai orang matre tak berperasan.July telah
berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.

Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita.


Sumber : Chicken soup for the soul

70 Kata-kata Bijak Orang Terkenal.

1. Marah itu mudah. Tapi marah kepada siapa, dengan kadar kemarahan yang tulen, pada saat dan tujuan yang tepat, serta dengan cara yang benar itu yang sulit. (Aristoteles)

2. Kesakitan membuat Anda berpikir. Pikiran membuat Anda bijaksana. Kebijaksanaan membuat kita bisa bertahan dalam hidup. (John Pattrick).

3. Jangan pernah melupakan apa pun yang dikatakan seseorang ketika ia marah, karena akan seperti itu pulalah perlakuannya pada Anda. (Henry Ward Beecher)

4. Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat. (Winston Chuchill)

5. Bakat terbentuk dalam gelombang kesunyian, watak terbentuk dalam riak besar kehidupan. (Goethe)

6. Secara teoritis saya meyakini hidup harus dinikmati, tapi kenyataannya justru sebaliknya – Karena tak semuanya mudah dinikmati. (Charles Lamb)

7. Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan, harus menjaga diri agar tidak tertidur. (Richard Wheeler)

8. Bila Anda ingin bahagia, buatlah tujuan yang bisa mengendalikan pikiran, melepaskan tenaga, serta mengilhami harapan Anda, (Andrew Carnegie).

9. Kita hanya berfikir ketika kita terbentur pada suatu masalah. (John Dewey)

10.Kesalahan orang lain terletak pada mata kita, tetapi kesalahan kita sendiri terletak di punggung kita. (Ruchert)

11.Yang baik bagi orang lain adalah selalu yang betul-betul membahagiakannya. (Aristoteles)

12.Semua yang real bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat real. (Hegel)

13.Sebelum menolong orang lain, saya harus dapat menolong diri sendiri. Sebelum menguatkan orang lain, saya harus bisa menguatkan diri sendiri dahulu. (Petrus Claver)

14.Lebih baik bertempur dan kalah daripada tidak pernah bertempur sama sekali. (Arthur Hugh Clough)

15.Hidup adalah lelucon yang baru saja dimulai. (W.S. Gilbert)

16.Orang yang bisa menggunakan dan menyimpan uang adalah orang yang paling bahagia, karena ia memiliki kedua kesenangan. (Samuel Johnson)

17.Kebijaksanaan tidak pernah berbohong. (Homer)

18.Tuhan sering mengunjungi kita, tetapi kebanyakan kita sedang tidak ada di rumah. (Joseph Roux)

19.Seorang pendengar yang baik mencoba memahami sepenuhnya apa yang dikatakan orang lain. Pada akhirnya mungkin saja ia sangat tidak setuju, tetapi sebelum ia tidak setuju, ia ingin tahu dulu dengan tepat apa yang tidak disetujuinya. (Kenneth A. Wells)

20.Seorang lelaki sudah setengah jatuh cinta kepada wanita yang mau mendengarkan omongannya dengan penuh perhatian. (Brenden Francis)

21.Kebahagian hidup yang sebenarnya adalah hidup dengan rendah hati. (W.M. Thancheray)

22.3x25 Watt ≠ 75 Watt
Sebuah bola lampu berukuran 75 watt kelihatan bersinar lebih terang dibandingkan dengan tiga buah bola lampu 25 Watt yang dinyalakan bersamaan.

23.Dari semua hal, pengetahuan adalah yang paling baik, karena tidak kena tanggung jawab maupun tidak dapat dicuri, karena tidak dapat dibeli, dan tidak dapat dihancurkan. (Hitopadesa)

24.Bila orang mulai dengan kepastian, dia akan berakhir dengan keraguan. Jika orang mulai dengan keraguan, dia akan berakhir dengan kepastian. (Francis Bacon)

25.Cuma sedikit orang yang menginginkan kebebasan, kebanyakan hanya menginginkan seorang tuan yang adil. (Gaius Sallatus Crispus)

26.Tak diinginkan, tak dicintai, tidak diperhatikan, dilupakan orang, itu merupakan derita kelaparan yang hebat, kemiskinan yang lebih besar daripada orang yang tak bisa makan. Kita harus saling merasakan hal itu. (Ibu Teresa)

27.Pengalaman bukan saja yang telah terjadi pada diri Anda. Melainkan apa yang Anda lakukan dengan kejadian yang Anda alami. (Aldous Huxley)

28.Dunia adalah komedi bagi mereka yan memikirkannya, atau tragedi bagi mereka yang merasakannya. (Harace Walpole)

29.Saya percaya kata managing berarti memegang burung dara di kepalan tangan. Kalau terlalu kencang ia akan mati. Tapi bila terlalu kendur, bisa terlepas. (Tommy Lasorda)

30 Sejarah manusia merupakan tanah pemakaman dari kebudayaan-kebudaya an yang tinggi, yang rontok karena mereka tidak mampu melakukan reaksi sukarela yang terencana dan rasional untuk menghadapi tantangan. (Erich Fromm)

31.Kemajuan merupakan kata yang merdu. Tetapi perubahanlah penggeraknya dan perubahan mempunyai banyak musuh. (Robert F. Kennedy)

32.Kita mengajarkan disiplin untuk giat, untuk bekerja, untuk kebaikan, bukan agar anak-anak menjadi loyo, pasif, atau penurut. (Maria Montessori)

33.Tugas dan pendidikan ialah mengusahakan agar anak tidak mempunyai anggapan keliru bahwa kebaikan sama dengan bersikap loyo dan kejahatan sama dengan bersikap giat. (Maria Montessori)

34.Kemampuan menertibkan keinginan merupakan latar belakang dari watak. (John Locke 1632-1704)

35.Kebahagian dari setiap negara lebih bergantung pada watak penduduknya daripada bentuk pemerintahannya. (Thomas Chandler Haliburton 1796-1865)

36.Menyapu lantai dan mencuci pispot sama mulianya seperti menjadi presiden. (Richard M. Nixon)

37.Jangan pernah membanting pintu, siapa tau kita harus kembali. (Don Herold)

38.Diplomat ialah orang yang selalu ingat pada ulang tahun seorang wanita tetapi tidak pernah ingat berapa umur wanita itu. (Robert Frost)

39.Orang yang paling tidak bahagia ialah mereka yang yang paling takut pada perubahan. (Mignon McLaughlin)

40.Kalau manusia berangsur menjadi tua, umumnya ia cendrung menetang perubahan, terutama perubahan ke arah perbaikan. (John Steinbeck)

41.Selama hidup saya yang sudah 87 tahun ini, saya telah menyaksikan serentetan revolusi teknologi. Tetapi tidak satu pun diantaranya yang tidak membutuhkan watak yang baik atau kemampuan untuk berfikir. (Bernard M. Baruch)

42.Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis. (Aristoteles)

43.Pendidikan mengembangkan kemampuan, tetapi tidak menciptakannya. (Voltaire)

44.Pendidikan yang baik tidak menjamin pembentukan watak yang baik. (Fonttenelle)

45.Setelah makan, pendidikan merupakan keperluan utama rakyat. (Danton)

46.Kerendahan hati disukai orang-orang terkenal. Namun orang yang bukan apa-apa sulit untuk rendah hati. (Paul Valěry)

47.Emansipasi merupakan seni untuk berdiri di atas kaki sendiri namun dipeluk tangan orang lain. (Alex Winter)

48.Sebelum menikah saya mempunyai enam teori tentang bagaimana mendidik anak. Kini saya mempunyai enam anak dan tidak mempunyai teori. (John Wilmot, Earl of Rochester 1647-1680)

49.Kebahagiaan itu seperti batu arang, ia diperoleh sebagai produk sampingan dalam proses pembuatan sesuatu. (Aldous Huxley)

50.Dari pesawat terbang yang saya cintai, saya melihat ilmu pengetahuan yang saya puja memusnahkan kebudayaan, padahal saya mengharapkan mereka dimanfaatkan untuk kebudayaan. (Charles A. Lindbergh, Jr.)

51.Harapan adalah tiang yang menyangga dunia. (Pliny the Elder)

52.Alat penghemat kerja yang paling populer sampai saat ini masih tetap suami yang berada. (Joey Adams)

53.Seorang arkeology merupakan suami yang terbaik yang bisa diperoleh wanita; makin tua si istri, makin besar minat suami terhadapnya. (Agatha Cristie)

54.Saya lebih suka lamunan untuk masa akan datang daripada sejarah masa lalu. (Thomas Jefferson 1743-1826)

55.Jangan memberi nasehat kalau tidak diminta. (Erasmus)

56.Manusia mudah dibohongi oleh orang yang dicintainya. (Molire)

57.Sebelum menulis, belajarlah berpikir dulu. (Boileau)

58.Orang yang berjiwa cukupan, merasa bisa menulis dengan hebat. Orang yang berjiwa besar merasa bisa menulis cukupan. (La Bruyère)

59.Kemenangan yang paling indah adalah bisa menaklukkan hati sendiri. (La Fontaine)

60.Tidak ada yang selembut dan sekeras hati. (G.C. Lichtenberg)

61.Lebih baik mengerti sedikit daripada salah mengerti. (A. France)

62.Orang memerlukan dua tahun untuk berbicara, tetapi limapuluh tahun untuk belajar tutup mulut. (Ernest Hemingway)

63.Penulis buku jarang intelektual. Intelektual ialah mereka yang berbicara tentang buku yang ditulis orang lain. (Françoise Sagan)

64.Orang yang mencemarkan udara dengan pabriknya dan anak ghetto yang memecahkan kaca etalase toko menunjukkan hal yang sama. Mereka tidak peduli pada orang lain. (Dhaniel Patrick Moynihan)

65.Mereka yang bermimpi di siang hari akan lebih menyadari bahaya yang luput dari penglihatan mereka yang mimpi di malam hari. (Edgar Allen Poe)

66.”Mulai” adalah kata yang penuh kekuatan. Cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu adalah, “mulai”.Tapi juga mengherankan, pekerjaan apa yang dapat kita selesaikan kalau kita hanya memulainya. (Clifford Warren)

67.Saya tak hanya menggunakan semua kecerdasan yang dimiliki otak melainkan juga yang dapat saya pinjam. (Woodrow Wilson)

68.Yang kalah adalah wujud hukuman atas kegagalan. Pemenang adalah penghargaan atas kesuksesannya. (Bob Gilbert)

69.Bila Anda mengatakan apa yang Anda pikirkan, jangan harap hanya mendengar apa yang Anda sukai. (Malcom S. Forbes)

70.Kesulitan itu ibarat seorang bayi. Hanya bisa berkembang dengan cara merawatnya. (Douglas Jerrold)

Sumber : Blog YB Idham Lim