Senin, 06 Desember 2010

Expecto Patronum!

Selepas membaca novel dan menyaksikan film Harry Potter, ada satu fragmen kisahnya yang paling menarik diriku. Aku tak tahu apakah. Barangkali kita umumnya menganggap dongeng Harry Potter itu hanyalah dongeng anak biasa, seperti dongeng-dongeng Grimmy, H.C. Andersen, Enyd Blyton, Exuperry, atau lainnya. Tetapi
setelah membaca kisah Harry Potter melawan dementor, dan menyaksikan filmnya, rasanya ada sesuatu yang patut direnungkan.

Aku rasa nggak perlu berpanjang-panjang merangkum plotnya. Aku hanya ingin menulis sesuatu yang kutangkap dari pelajaran ilmu sihir baru yang dipelajari Harry Potter saat dirinya dikuasai oleh ketakutan terhadap makhluk jahat yang berjuluk dementor.

"Expecto patronum!" adalah ajaran mantra sihir yang konon bisa
mengalahkan dementor. Tafsirku atas bagian ini adalah ini merupakan semacam metafora. Harry Potter dalam kisah ini dikuasai oleh ketakutannya pada dementor yang membuatnya tercekik lemas setiap kali
berhadapan dengannya, bahkan dalam mimpinya sekalipun. Akhirnya sang guru yang baru mengetahui persoalan ini dan mengajarinya sihir yang bisa mengalahkan sang dementor. Makhluk macam apakah dementor itu? Dementor, menurutku adalah metafora untuk kesesatan, keputusasaan, kecemasan tentang ketidakpastian. Kita semua sering mengalaminya. Ketidakpastian nasib kita pada masa depan, kesalahan yang kita lakukan, semuanya membuat kita gelisah, hilang harapan. Potter dibayangi-bayangi oleh kegelapan semacam ini. Mantra expecto patronum rasanya seperti berarti "to expect a patron," semacam mantra minta
perlindungan. Barangkali kalau diterjemahkan secara bebas
artinya "aku mohon perlindungan." Perlindungan dari apa? Dari
dementor, yang menghilangkan harapan (Harry Potter yang tercekik dan lemas, tak berdaya dan lumpuh, adalah seperti keadaan orang yang putus asa).

Tetapi sekedar mengucapkan mantra expecto patronum tak menjamin bisa mengalahkannya. Dalam episode latihan, di depan semacam "kotak ajaib" yang bisa menghadirkan pikiran seseorang, Harry Potter dilatih untuk menghadapi bayangan dementor. Harry Potter mengucapkannya, tetapi pada awalnya gagal. Latihan terus diulang tetapi tetap saja gagal mengusir bayangan dementor. Akhirnya sang guru mengatakan agar ucapan itu dilandasi dengan keyakinan yang kuat, ketulusan dan keteguhan. Setelah diulang-ulang dengan kesungguhan dan ketulusan, barulah Harry Potter bisa membuat mantra itu mengeluarkan efeknya - mengeluarkan cahaya putih yang mengenyahkan dementor yang hitam. Dan ketika pada
akhirnya Harry Potter menghadapi dementor beneran, kekuatan mantra ini berhasil membuyarkan gerombolan dementor yang mengerikan itu-.

Kita semua pernah berdoa, mohon perlindungan dari apa saja: dari
ketakutan, rasa gelisah, putus asa. Tetapi seringkali kita merasa doa
kita tak juga terjawab. Barangkali Harry Potter hendak mengajari kita
bahwa doa agar terkabul mesti dilandasi oleh keyakinan kuat dan
ketulusan – atau kebeningan. Doa yang tulus bisa mengubah sesuatu,
seperti kekuatan sihir. Kita barangkali pernah mendengar doa-doa orang suci yang bisa mengubah nasib. Bukankah kekuatan doa, jika
bekerja, efeknya seperti sihir? Orang yang senantiasa berdoa dengan tulus, biasanya jiwanya akan tenang dan tampak "semeleh." (ridho). Sebab berdoa pada hakikatnya adalah upaya mendekatkan diri kita kepada Tuhan.. Dengan mantra "expecto patronum" yang tulus dan
dilandasi keyakinan yang kuat, Harry berhasil mengenyahkan dementor, sumber ketakutan dan kegelisahan dan putus asa. Ringkasnya, barangkali mbak Rowling ingin berpesan bahwa doa, jika dipanjatkan dengan tulus, kekuataannya bak sihir, gitu loh..

Sumber : http://games.groups.yahoo.com/group/diskusinovel/message/382

Tidak ada komentar:

Posting Komentar