Jumat, 02 April 2010

Bahagia


Apakah bahagia itu? Bagaimanakah kita dapat berbahagia? Kebahagiaan! Sebuah kata ini kiranya dikenal oleh setiap orang manu­sia di dunia ini, dikenal dan dirindukan, dicari dan dikejar-kejar selama kita hi­dup. Betapa kita semua, masing-masing dari kita, selalu mendambakan kebahagia­an dalam kehidupan kita. Kata “kebahagiaan” sudah menjadi kabur, bahkan seringkali, hampir selalu malah, tempatnya diduduki oleh sesuatu yang sesungguhnya bukan lain adalah kesenangan. atau kepuasan belaka. Kalau kita memperoleh sesuatu yang kita ha­rap-harapkan, maka kita mengira bahwa kita berbahagia! Benarkah itu? Ataukah yang terasa nyaman di hati itu hanyalah kesenangan yang timbul karena kepuasan belaka, karena terpenuhinya sesuatu yang kita harap-harapkan, atau inginkan? Dan kepuasan hanya merupakan wajah yang lain dari kekecewaan belaka. Kepuasan hanya selewat, dan sebentar kemudian rasa nikmat dan nyaman karena kepuasan ini pun akan lewat dan lenyap, mungkin terganti oleh kekecewaan yang selalu bergandeng tangan dengan kebalikannya itu. Kepuasan dan kekecewaan, seperti juga kesenangan dan kesusahan saling isi mengisi, saling bergandeng tangan dan selalu bergandengan karena memang me­rupakan si kembar yang mungkin berbeda rupa. Di mana ada kepuasan, tentu ada kekecewaan. Di mana ada kesenangan, tentu ada kesusahan. Orang yang mengejar kesenangan, tak dapat tiada akan bersua dengan kesusahan, siapa mengejar kepuasan, tak dapat tiada akan bertemu dengan kekecewaan. Kebahagiaan berada di atas, jauh di atas jangkauan atau pengaruh senang dan susah, puas dan kecewa. Kebahagiaan tak mungkin dijangkau atau dikejar, kebahagiaan tak mungkin digambarkan. Se­nang dan susah adalah permainan pikiran, terikat oleh waktu dan bersumber kepada Si Aku. Si Aku ini sudah tentu terombang-ambing antara senang dan susah karena Si Aku itu, selalu penuh dengan keinginan dan sudah barang tentu tidak mungkin segala keinginan yang tiada habisnya itu selalu terpenuhi, maka ter­jadilah puas dan kecewa. Bahkan kalau keinginan sudah terpenuhi sekalipun, me­nimbulkan hal-hal lain. Yaitu menimbul­kan kekhawatiran kalau-kalau kita kehi­langan sesuatu yang sudah kita miliki itu, dan menimbulkan pengikatan diri kepada sesuatu yang menyenangkan itu sehingga kalau kita kehilangan, timbullah duka. Kebahagiaan tidak mungkin dapat di­miliki, tidak dapat diperoleh deqgan usahadan daya upaya, tidak mungkin dapat ditimbun. Kebahagiaan tidak ada hubungannya dengan pikiran yang selalu menge­jar kesenangan! Kebahagiaan tidak mung­kin ada selama masih ada Si Aku yang ingin senang! Kebahagiaan baru ada di mana ada cinta kasih. Kita selalu penuh oleh Si Aku yang selalu mengejar kesenangan dan yang se­lalu hendak menjauhi kesusahan. Sedikit saja kita dijauhi kesenangan, kita lalu mengeluh dan merasa sengsara. Kebaha­giaan bukan hal yang dapat dikhayalkan. Kita selalu mencari-cari yang tidak ada sehingga mana mungkin kita menikmati yang ada? Mana mungkin kita dapat melihat keindahan SINI kalau mata kita selalu mencari-cari dan memandang SANA saja? Pernahkah kita menikmati kesehatan? Pernahkah dalam keadaan badan sehat kita pergi keluar kamar menghirup udara sejuk dan memandang awan berarak di angkasa? Tidak, kita selalu sibuk dengan sesuatu, pikiran selalu penuh dengan persoalan. Kita selalu ingin ini ingin itu sehingga mata kita seperti buta terhadap segala keindahan yang terbentang luas di sekeliling kita. Pernahkah kita pada wak­tu subuh pergi berjalan-jalan, melihat suasana ketika matahari mulai timbul? Pernahkah di waktu senja kita melihat suasana ketika matahari tenggelam, be­tapa indahnya angkasa? Pernahkah kita menerawang bintang-bintang di malam hari yang cerah? Tidak pernah! Pikiran kita, siang-malam, sibuk mencari uang, mencari kesenangan, mencari ini dan itu, tanpa ada hentinya. Kita tidak pernah menikmati kesehatan, akan tetapi kita selalu mengeluh kalau tidak sehat! Kita tidak pernah “merasa­kan” keadaan yang berbahagia. Kita bah­kan tidak sadar lagi di waktu kita sehat, tidak dapat merasakan betapa nikmatnya kesehatan, akan tetapi kita amat mem­perhatikan di waktu kita tidak sehat, mengeluh dan mengaduh. Dalam keadaan menderita sakit, kita mengeluh dan mem­bayangkan betapa akan bahagianya kalau kita sembuh, kalau kita sehat. Akan tetapi bagaimana kalau kita sudah sehat? Pikiran penuh dengan keinginan laln dan “ingin sehat” tadi pun sudah terlupa, “bahagia karena sehat” pun sudah terlupa dan kita tidak lagi menikmati keadaan sehat itu! Demikianlah selalu. Pikiran menjauhkan kebahagiaan. Pikiran selalu mengeluh setiap saat, merasa tidak ber­bahagia, atau kalau tiada sesuatu yang dikeluhkan, pikiran mencari-cari sesuatu yang DIANGGAP lebih menyenangkan, lebih enak. Tentu saja kita tidak pernah dapat menikmati bahagia kalau pikiran selalu mengejar kesenangan yang berada di masa depan. Bahagia adalah saat demi saat, bahagia adalah sekarang ini, tapi pikiran selalu penuh dengan kesenangan lalu, penuh dengan harapan-harapan dan keinginan-keinginan masa depan. Pernahkah Anda berdiri di dalam cahaya matahari pagi, di tempat terbuka yang cerah, yang berhawa hangat nya­man? Memandang ke sekeliling tanpa ada Si Aku yang ingin senang? Cobalah sekali-kali. Waspada membuat kita tidak me­ngeluh, melainkan bertindak tepat meng­hadapi segala hal yang terjadi. Pikiran atau Si Aku selalu membentuk iba diri dan keluhan. mengapa kita tidak pernah mau membuka mata melihat kenyataan bahwa segala macam bentuk KESENANGAN itu selalu akan menimbulkan KEBOSANAN? Dapat­kah kita hidup tidak menjadi hamba naf­su kita sendiri yang selalu mengejar-ngejar kesenangan? Dapatkah? Kita sen­diri yang harus menyelidiki drin men­jawab pertanyaan kita ini kepada diri sendiri, dengan PENGHAYATAN dalam kehidupan, bukan teori-teori usang. Se­tiap hal dapat saja merupakan berkah, tapi dapat juga menjadi kutukan, setiap hal yang menimpa kita bisa saja menjadi sesuatu yang menyenangkan atau menyu­sahkan, akan tetapi penilaian itu hanya­lah pekerjaan pikiran atau Si Aku! Ke­bahagiaan berada di atas dari semua itu, tak dapat terjangkau oleh pikiran, seperti juga cinta kasih!


(dikutip dari : Cersil Suling Emas & Naga Siluman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar