Minggu, 08 Juli 2012

Bagaimana Mungkin Hati Yang Tidak Pernah Mengenal Cinta, Dapat Mencari Apa Sebenarnya Cinta Itu?

Tinggal Bhok Cun Ki yang masih duduk dan berulang kali menghela napas panjang, ditemani Cu Sui ln. "Aihh, mengapa cinta selalu mendatangkan duka kepada manusia? Kita berdua menderita banyak kesengsaraan, terutama engkau, karena cinta. Sekarang anak kita, gadis yang masih bersih dari pada noda, terpaksa harus menderita pula karena cinta."

"Akan tetapi, biar dahulu menderita, sekarang aku menemui kebahagiaan. Akan tetapi bagaimana dengan anak kita Ci Hwa? Hemm, kalau tidak kau larang, sudah kubunuh pemuda yang berani menolak cintanya itu!"

Bhok Cun Ki tersenyum. Wanita yang sejak dahulu dicintanya ini, biarpun hidup sebagai puteri datuk dan selalu terbiasa dengan kekerasan, namun pada hakekatnya memiliki watak yang baik. Ia menganggap Ci Hwa sebagai puterinya sendiri.

“Hemmmm, cinta ......., apa sih sebenarnya cinta itu? Cinta membuat orang hari ini tertawa senang, besoknya menangis susah. Cinta mendatangkan cemburu, kemarahan, bahkan kebencian. Cinta, siapakah sebenarnya kamu dan apa sebenarnya perasaan yang selalu mempermainkan hati setiap orang manusia ini? Tidak perduli pria atau wanita, pintar atau bodoh, kaya atau miskin, semua menjadi permainan cinta dan setiap orang pernah atau akan menderita karena cinta!"

Ucapan Bhok Cun Ki yang seperti ditujukan kepada dirinya sendiri itu, membuat isterinya, Cu Sui In, ikut pula duduk termenung. Keduanya tenggelam ke dalam renungannya sendiri tentang cinta yang kalau diukur lebih dalam dari pada samudera dan lebih tinggi dari pada langit itu.

Renungan tentang cinta dilakukan orang sepanjang masa, sejak jaman nenek moyang kita dahulu sampai kini. Namun, adakah manusia yang pernah menemukan jawabnya yang tepat. Banyak memang pendapat orang tentang cinta, akan tetapi apakah pendapat itu sudah dapat membuat kita mengenal cinta? Kalau mendatangkan cemburu yang disusul kebencian dan permusuhan, apakah itu cinta? Kalau mendatangkan kesenangan disusul kesusahan, apakah itu cinta? Ingin memiliki dan dimiliki sendiri, itukah cinta? Menjadi pembangkit, penyalur dan pemuasan berahi, itukah cinta? Membela dengan mempertaruhkan nyawa, membunuh atau dibunuh seperti dalam perang membela tanah air, itukah cinta? Mengorbankan diri untuk anak cucu, itukah cinta? Ataukah cinta mencakup kesemuanya? Apakah cinta merupakan kebalikan dari benci? Apakah benar bahwa cemburu menjadi kembangnya cinta?

Kalau dilanjutkan, masih ada satu macam pertanyaan yang tak terjawab mengenai cinta. Bagaimana mungkin hati yang tidak pernah mengenal cinta, dapat mencari apa sebenarnya cinta itu? Hati akal pikiran ini hanya mampu menemukan sesuatu yang pernah dikenalnya, pernah dialaminya, dapat menemukan hal yang telah lalu.

Yang mendatangkan cemburu, mendatangkan suka dan duka, mendatangkan kebencian dan permusuhan, yang memuaskan berahi, yang membelenggu dalam ikatan, jelas bukanlah CINTA, melainkan nafsu. Nafsu selalu menimbulkan keinginan untuk mendapatkan kesenangan dan menjauhi ketidak-senangan. Nafsu selalu mempermainkan manusia, mengombang-ambingkan manusia antara suka dan duka, puas dan kecewa.

Nafsu membuat kita mencinta seseorang karena daya tarik yang khas, yang sesuai dengan keinginan nafsu. Kita mencinta orang karena kecantikannya atau ketampanannya, karena kekayaannya, kedudukannya, kepintarannya dan sebagainya. Kalau yang menjadi daya tarik itu sudah luntur, maka cinta kitapun ikut luntur karena ikatan itu mengendur. Cinta yang didorong nafsu membuat kita ingin memiliki sendiri yang kita cinta, baik itu berupa benda, binatang peliharaan, tanaman, atau orang. Kalau ini dilanggar, kita cemburu, kita marah, kita benci. Kalau kita berhasil memiliki, timbullah rangkaian yang mendatangkan penderitaan pula.

Memiliki berarti menjaga dan kehilangan! Memiliki dapat menimbulkan kebosanan. Cantik dan indah hanya terasa sebelum didapatkan, atau paling banyak terasa untuk jangka waktu yang pendek saja. Sesudah itu, cantik dan indah mulai luntur kalau tidak membosankan malah. Betapa banyaknya pasangan yang cantik dan tampan cekcok atau bercerai. Betapa banyaknya pasangan yang kaya raya, tidak cocok dan menderita.

Cinta yang kita puja-puja pada umumnya hanyalah permainan nafsu belaka. Cinta kita berpamrih seperti menjadi sifat nafsu, dan permainan nafsu tak dapat tiada menyeret kita ke dalam permainan suka duka, yang lebih banyak dukanya dari pada sukanya. Kita mencinta untuk mendapatkan sesuatu. Cinta kita merupakan cinta jual-beli dan setiap jual-beli selalu mendambakan keuntungan.

Selama nafsu pamrih masih ada, cinta tidak akan ada. Kalau nafsu dan pamrih sudah tidak ada, apakah cinta akan ada? Tak dapat kita mengharapkan cinta, tidak dapat kita mengundang cinta. Cinta akan datang menghampiri kita seperti air suci mengisi cawan yang sudah kosong dan bersih!

[ Dikutip dari cersil: Asmara Pedang ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar