Kamis, 03 Februari 2011

Lukisan Keindahan Alam Di Sebuah Lereng Pegunungan! Sangat Menenangkan Hati! Hanya Dpt Dinikmati Sepenuhnya Oleh Hati Yg Bening!

Pagi hari itu di puncak sebelah utara pengunungan Ijen. Matahari telah naik agak tinggi. Sinarnya yang sejak fajar menyingsing tadi kemerahan dan lembut, kini mulai mendatangkan kehangatan, mengusir sisa-sia halimun yang bermalas-malasan meninggalkan bumi yang subur, yang didekapnya sepanjang malam. Embun-embun mulai gemerlapan menerima cahaya matahari, bergantungan di ujung daun-daun bagaikan mutiara. Tamasya alam di pegunungan itu mulai tampak. Indah mempesona, keindahan yang sukar diuraikan dengan kata-kata maupun lukisan. Betapapun pandainya seorang sasterawan menceritakan, atau betapapun pandainya seorang seniman melukiskan, yang dapat mereka tangkap hanya sebagian kecil saja dari segala keindahan yang Maha Besar itu. Keindahan yang wajar, tertib, tepat dan setiap perubahan yang diadakan manusia hanya akan mengganggu keindahan itu. Keindahan yang diciptakan oleh Sasterawan Agung, oleh Seniman Agung, yaitu Gusti Allah Yang Maha Pencipta, Maha Agung dan Maha Kuasa.
 
Bahkan awan-awan yang berarak di langit biru, membuat bentuk-bentuk yang demikian mempesona, selalu mengadakan perubahan bentuk yang tak dapat diikuti dengan jelas. Ujung-ujung pohon bergerak tertiup angin, melambai-lambai dengan lemah gemulai, burung-burung dan kupu-kupu berterbangan, binatang-binatang kecil berlarian di antara semak-semak. Semua bergerak, hidup adalah gerak, dan semua gerakan itu merupakan perpaduan yang amat mengagumkan, gerakan yang wajar dan indah, seolah merupakan tarian, tarian alam. Suara-suara yang terdengar demikian wajar pula, keindahan kewajaran yang hanya dapat dirasakan hati yang hening. Tarian dan nyanyian alam itu seolah merupakan puja-puji bagi kebesaran Gusti Allah Yang Maha Mulia! Sinar matahari pagi mulai menyentuh tanah, menerobos di antara celah-celah daun pohon.
 
Mulai semerbak bau yang muncul dari permukaan bumi, membumbung ke angkasa. Bau kembang-kembang, daun-daun rumput dan bau tanah dengan segala daun-daun kering yang membusuk yang menutupinya. Akan tetapi tidak ada bau busuk, segala macam ganda yang semerbak itu, kalu tercium tanpa penilaian, terasa menenangkan hati! Bebatuan itu menjadi bagian dari keindahan bumi dan segala yang berada di atasnya.
 
Bagus dan jelek muncul dari penilaian. Penilaian mendatangkan perbandingan, memisah-misahkan sehingga terdapatlah apa yang bagus dan apa yang jelek menurut selera si penilai. Akan tetapi keindahan berada di atas bagus atau jelek. Keindahan bukan bagus bukan pula jelek. Seperti juga kebahagiaan, demikian pula keindahan tidak dapat dinilai dan dibandingkan! Kebahagiaan bukan kesenangan, dan tentu bukan pula kesusahan. Kebahagiaan, seperti juga keindahan, tidak dapat dinilai. berbeda dengan kesenangan, kalau tidak senang, ya susah dan demikian sebaliknya. Juga keindahan, bukan kebagusan, karena kebagusan hanya sekedar penilaian, kalau tidak bagus ya jelek.
 
Penilaian mendatangkan pertentangan dan perpecahan. Menerima apa adanya sebagai apa adanya menghilangkan penilaian. Manusia hidup wajib berikhtiar, berusaha sekuat tenaga untuk kesejahteraan hidupnya, akan tetapi di atas semua itu, terdapat kekuasaan yang menentukan dan menciptakan apa adanya. Manusia, betapapun pandainya, betapapun kuatnya, tak dapat melawan atau menghindar dari ketentuan kekuasaan ini, kekuasaan Gusti Allah yang memberi keputusan terakhir atas segala perkara-perkara yang ada di dunia ini.

Sumber : kph

Tidak ada komentar:

Posting Komentar